Permintaan Bumbu Instan Menurun 70 Persen pada Perayaan Idul Adha 2021 Selama PPKM Darurat

Adanya aturan penerapan PPKM darurat disebutnya menjadi penyebab menurunnya permintaan bumbu instan tersebut. 

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Sri Cahyani Putri
Bumbu instan produksi Gubug Ndeso, di Dusun Kedunggalih, Kalurahan Pengasih, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Perayaan Idul Adha 2021 menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu bagi para penjual bumbu instan di Kabupaten Kulon Progo. 

Namun perayaan tahun ini nyatanya tidak sesuai dengan harapan Supri Astuti, pemilik Gubug Ndeso. 

Adanya penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat disebutnya menjadi penyebab menurunnya permintaan bumbu instan tersebut. 

Hal itu dikarenakan permintaan mengalami penurunan hingga 70 persen. 

Baca juga: Cacing Hati Ditemukan di Sapi Kurban di Bantul 

Baca juga: Ini Daftar Bumbu dan Resep Olahan Sate Kambing dan Sate Sapi yang Dijamin Enak

Perempuan yang kerap disapa Tuti ini menjual bumbu instan yang meliputi rendang, gulai, tongseng dan satai. 

Bumbu-bumbu tersebut biasanya ia jual di sekitar wilayah Wates maupun wilayah lain di Kulon Progo seperti Sentolo. 

Namun pada Idul Adha tahun ini Tuti mengaku hanya memproduksi satu kuintal bumbu instan saja. 

Sementara pada Idul Adha 2020 lalu, permintaan masih mencapai dua kuintal dari kondisi sebelum pandemi Covid-19 melanda, yakni tiga kuintal. 

"Tahun kemarin walaupun sama dalam kondisi pandemi Covid-19 penurunan tidak begitu parah. Mungkin tahun ini karena dampak adanya PPKM darurat ya semua kegiatan dibatasi," ucapnya saat ditemui di rumah produksinya yang berlokasi di Dusun Kedunggalih, Kalurahan Pengasih, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Selasa (20/7/2021). 

Dikarenakan pada masa PPKM darurat ini, seluruh aktivitas di sekolah diliburkan. 

"Biasanya anak-anak sekolah pada masak di sekolah tapi kan saat ini mereka belajar di rumah. Begitu juga guru-guru sekarang ini pada work from home (WFH) jadi tidak ada yang masuk sekolah," kata Tuti. 

Padahal sebelum pandemi Covid-19 melanda, permintaan bumbu instan selalu naik karena telah memiliki banyak pelanggan yang cocok dengan cita rasa bumbunya.

Sebab sudah 16 tahun ia menjalani usaha sebagai produsen bumbu instan. 

Anjloknya permintaan tersebut menyebabkan omzet penjualan juga menurun signifikan.

Padahal setiap momen Idul Adha omzet yang diraup bisa mencapai puluhan juta rupiah. 

"Ya dihitung saja kalau saya jual satu plastiknya biasanya Rp 5000 tinggal dikalikan 6.000 plastik," ungkapnya.

Baca juga: Inilah Penampakan Sapi Kurban dari Presiden Jokowi di Bantul, Peranakan Ongole Bobotnya 800 Kilogram

Baca juga: Coba Resep Satu Ini saat Idul Adha! Sate Sapi Bumbu Kacang Khas Blora

Penurunan permintaan bumbu instan juga terjadi di marketplace

Sementara seorang pembeli warga Sentolo, Marlina (25) mengaku sudah lama menjadi pelanggan bumbu instan di Gubug Ndeso. 

Saat ditemui ia sedang membeli bumbu soto dan rendang. 

Menurutnya, bumbu instan yang di produksi Gubug Ndeso memiliki cita rasa yang sesuai dengan lidahnya dan harganya cukup terjangkau. 

"Karena udah langganan setiap tahunnya. Harganya juga terjangkau cuma Rp 5 ribu per plastik dan rasanya cocok di lidah saya," ungkapnya. (*) 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved