Siaran Pers
Mantan Napi Narkoba Olah Kayu Jadi Karya Bermutu, Dipasarkan ke Australia hingga Eropa
Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju (PETJ) menggelar bincang online dengan tema Mantan Narkoba : Olah Kayu jadi Karya Bermutu, Minggu 27 Juni 2021
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM - Tak bisa dipungkiri, mantan napi narkoba masih saja menyandang stigma negatif dari masyarakat. Bahkan tak jarang mereka pun kesulitan mendapatkan pekerjaan begitu keluar dari penjara. Ini terjadi lantaran mereka kerap kali dicap sebagai pelaku kriminal, pelanggar hukum dan stigma lainnya yang membuat mereka sulit kembali berbaur dengan masyarakat.
Padahal, tak sedikit di antaranya yang benar-benar berubah. Mereka menjalani konsekuensi atas kesalahan yang diperbuatnya, kemudian benar-benar berubah untuk menata kehidupan yang lebih baik.
Hal ini lah yang terungkap dalam bincang online bertajuk Mantan Narkoba : Olah Kayu jadi Karya Bermutu yang digelar oleh Perhimpunan Eropa untuk Indonesia Maju (PETJ) pada Minggu, 27 Juni 2021.

Bincang online yang disiarkan melalui Facebook dan YouTube PETJ tersebut, menghadirkan pembicara yakni Muhammad Theo Zainuri, pendiri Yayasan Sadar Hati, Sahawood (Sadar Hati Wood) yang berbasis di Malang.
”Lingkaran setan berupa cap buruk di masyarakat, himpitan ekonomi, ketergantungan narkoba, risiko tertular HIV dan AIDS inilah yang berusaha ditanggulangi melalui pemberdayaan mantan napi narkoba,” ujar Sri Tunruang di Aachen, Jerman, Ketua Departemen Kesejahteraan, Hukum dan Hak Asasi Manusia, PETJ.
Adapun Yayasan Sadar Hati selama ini memang aktif dalam mendampingi para pecandu narkoba untuk mengatasi masalah ketergantungan narkoba dan penanggulangan HIV/AIDS. Selain itu, mereka juga melakukan pemberdayaan ekonomi melalui pendekatan kewirausahaan sosial.

Dalam paparannya, Theo menjelaskan bahwa melalui Sahawood, mantan napi narkoba berkarya mengolah limbah kayu menjadi frame kacamata, jam tangan dan alat makan berkualitas premium bernilai ekonomis tinggi yang mampu menarik pangsa pasar di dalam dan luar negeri.
Produk Sahawood pun telah dikirim ke Australia, Inggris, Austria dan Swiss.
Selain Sahawood, Theo juga mendirikan Ratowa Home Interior yang memberdayakan perempuan ekonomi lemah mengolah Hemp/Serat Kenaf (Hibiscus Cannabinus), tanaman serumpun dengan ganja yang tumbuh subur di Indonesia.

Tanaman ini diolah menjadi berbagai produk rumah tangga, interior mobil, tas, karpet berkualitas ekspor.
Mereka adalah para ibu dari anak-anak yang memperoleh bantuan akses buku dan alat sekolah dari Rumah Baca Lintang yang didirikan oleh Theo di Malang.
Atas dedikasinya tersebut, Sahawood pun berhasil meraih sejumlah penghargaan.
Terutama lantaran Sahawod secara aktif mengedepankan nilai-nilai pemberdayaan yang dirasakan manfaatnya oleh para mantan napi narkoba.
Tagline menarik yang diusung Sahawood ialah ”Lawan dengan Karya. Beli dan Peduli.”
Pada November 2020, Sahawood terpilih sebagai Inovasi Pemasaran Terbaik oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Malang. Pada Maret 2021, Sahawood terpilih sebagai The Best Innovative Seller oleh Grab Express. Theo mewakili Sahawood pun pernah menjadi narasumber dalam talkshow ternama, Kick Andy, di MetroTV.
”Produk Sahawood dan Ratowa unik karena punya nilai plus berupa pemberdayaan ekonomi, pendampingan sosial komunitas marginal juga pengolahan produk ramah lingkungan memanfaatkan limbah kayu industri ataupun serat alam yang lebih mudah terdegradasi dibandingkan dengan serat sintetis, menjadi produk berkualitas ekspor,” tegas Asti Tyas Nurhidayati di Islandia, Ketua Departemen Humas, Media, Kampanye, PETJ, yang menjadi moderator bincang online ini.

”Kita yang diberikan kemampuan finansial cukup dan mampu beli barang bermerk, kenapa kita tidak berkontribusi membeli produk anak bangsa yang punya nilaI tambah dalam pemberdayaan sosial, ekonomi dan ramah lingkungan?” tambahnya.
Sementara itu dalam sesi tanya jawab, Christiana Streiff Siswijana di Zurich, Swiss, menanyakan faktor apa saja yang membuat Theo aktif semangat memberdayakan mantan pecandu narkoba meskipun sangat berat.
”Saya pernah jadi pecandu dan ditahan di Lapas. Saya tidak bisa mendampingi ketika ibu saya meninggal. Ini jadi pemicu saya untuk berbagi kemampuan mendampingi mereka yang membutuhkan uluran tangan,” ujar Theo.
Sedangkan Galuh Sekar Arum di Bogor, Indonesia, menanyakan tantangan mengelola mempekerjakan mantan napi narkoba.
”Mereka punya karakter khas sehingga perlu pendekatan khusus. Tidak bisa disamakan dengan pekerja biasa. Misalnya mereka tidak bisa bekerja dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore, tidak berani menerima order jumlah besar dengan deadline ketat. Lebih cocok perempuan jadi manajer program mereka karena kalau sama-sama laki-laki bukannya beres, malah ribut. Kalau perempuan lebih bisa ngemong mereka,” tambahnya.
Lewat bincang online ini pula muncul ide-ide segar dalam rangka membantu UKM-UKM yang ada di Indonesia.
Salah satunya diungkapkan Latif Gau, di Rotterdam, pengusaha yang berpengalaman menjembatani kerja sama Indonesia dan Belanda, Ketua Departemen Ekonomi dan Investasi, PETJ. Ia menilai penting artinya untuk membuka peluang kerja sama antara UMKM di Indonesia dengan masyarakat Indonesia yang menetap di luar negeri, khususnya Eropa.
”Berjuang untuk orang-orang yang kita sayangi, memperjuangkan hak-hak mereka yang perlu bantuan,” kata Ari Manik, Ketua Umum PETJ menimpali.
Sebagai informasi, PETJ rutin menggelar ngobrol online Serius Santai, Bertukar Pengalaman, Berbagi Harapan (SARAPAN) untuk menyebarkan berita baik tentang individu, komunitas, lembaga yang terbukti beraksi nyata membangun Indonesia Maju di berbagai bidang kehidupan.
Selain itu juga membuka wawasan, memotivasi dan menginspirasi untuk berkontribusi positif mendorong Indonesia Maju. PETJ menghimpun masyarakat Indonesia di 19 negara di Eropa untuk mengawal pemerintahan yang sah mewujudkan Indonesia Maju dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (*/Siaran Pers PETJ)