Ekspresi Putih Abu Abu
Herjun, Sang Penulis Esai dari SMA PL Sedayu
Siswa XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur (PL) Sedayu yang akrab disapa Herjun ini mengungkapkan, semula ia hampir menyerah.
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pesan yang selalu terngiang dari narasumber yang diwawancarainya agar ada generasi muda yang bersedia mengangkat kesenian tradisional selaka (Selawatan Katolik) yang hampir punah, menumbuhkan semangat Agustinus Herjuno Handhika Pradinta, untuk menyelesaikan esainya. Akhirnya ia dinyatakan sebagai Juara 1 Lomba Esai Sejarah antar-SMA se-DIY beberapa waktu lalu.
Lomba esai bertema “Menelisik Kebudayaan Lokal dalam Kehidupan Modern” ini diadakan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma, pelaksanaannya secara virtual dari pendaftaran, penyisihan hingga presentasi final melalui aplikasi Google Meet.
Siswa XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur (PL) Sedayu yang akrab disapa Herjun ini mengungkapkan, semula ia hampir menyerah karena banyaknya kendala dalam menulis esai berdasarkan penelitian ini, di antaranya membagi waktu dengan tugas yang menumpuk dalam PJJ (Pembelajaran Jarah Jauh) di sekolah, jawaban narasumber yang hanya sebatas ingatan sehingga ia harus kros cek data ke berbagai sumber, waktu yang terbatas dalam penyusunan esai dan sebagainya. Namun, teringat dengan pesan orang tua yang diwawancarainya itu ia mencoba tidak menyerah.
“Rasanya senang dan bangga, karena tidak menyangka bisa menjadi juara,” ujar cowok kelahiran Kulon Progo 5 Agustus 2004 yang bercita-cita jadi guru sejarah atau arkeolog ini. “Jangan menganggap budaya tradisional itu kuno. Semodern apa pun kita, tetap harus menyadari bahwa semua itu berasal dari budaya masa lampau. Menjadi tugas kita untuk melestarikan dan mengembangkan budaya tradisional yang hampir hilang,” begitu pesan Herjun. (Merlyn dan Rosa)