UPNVY dan Tomsk State University Gelar Webinar Daring, Perkuat Hubungan Rusia-Indonesia
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta (UPNVY) dan Tomsk State University (TSU) Rusia
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’ Yogyakarta (UPNVY) dan Tomsk State University (TSU) Rusia memperkuat kerja sama pendidikan dengan menggelar seminar internasional secara daring.
Seminar tersebut diselenggarakan, Kamis (27/5/2021) dan difasilitasi oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow sebagai ajang peringatan 71 tahun hubungan Indonesia-Rusia.
Rektor UPNVY Mohamad Irhas Effendi mengungkapkan, kampusnya memang telah menjalin persahabatan dengan universitas Rusia sejak beberapa tahun lalu.
"Baru tahun lalu, kami mengundang Duta Besar Rusia untuk Indonesia untuk memberikan kuliah di universitas kami," paparnya dalam keterangan resmi yang diterima Tribun Jogja, Jumat (28/5/2021).
Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta 28 Mei 2021: Tambah 180 Kasus, 195 Pasien Dinyatakan Sembuh
Dalam perayaan HUT ke-71 hubungan bilateral Indonesia-Rusia, UPNVY berharap dapat mengambil peran dalam kerja sama di masa depan.
"Saya percaya bahwa acara hari ini hanyalah sebuah permulaan. Saya berharap webinar ini membuka jalan menuju terciptanya proyek bersama lebih lanjut," terang Irhas.
Terpisah, Dekan FISIP UPNVY Machya Astuti Dewi menambahkan kerja sama yang terjalin dengan TSU Rusia diharapkan dapat memperluas jaringan dengan negara-negara Eropa.
"Sampai saat ini FISIP untuk negara Eropa baru punya kerja sama dengan Metropolitan University of Prague dari tahun 2010 lalu," kata dia.
Selain itu kegiatan ini sekaligus mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan mendukung pemenuhan kinerja lembaga.
Kegiatan ini merupakan realisasi dari perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani sebelumnya.
"FISIP yang pertama menindaklanjuti melalui seminar ini," tambah Machya.
Dalam nota kesepahaman yang ditandatangani, kedua universitas sepakat untuk berkolaborasi dan melakukan pertukaran pengetahuan.
Pertukaran itu meliputi pertukaran dosen, mahasiswa dan staf untuk kepentingan penelitian, pelaksanaan penelitian bersama, pertukaran informasi dan publikasi akademik, serta program lain yang disepakati bersama.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor TSU, Eduard V Galazhinskiy mengungkapkan, selama 71 tahun hubungan Indonesia-Rusia, TSU sudah melakukan kerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia dan menerima banyak mahasiswa dari Sumatera dan Papua
"Bekerja dengan UPNVY akan lebih mengembangkan hubungan baik dalam bidang publikasi ilmiah dan peningkatan kualitas pendidikan. Diharapkan (kerja sama, red) akan terus berlanjut," imbuhnya dalam seminar yang dihadiri lebih dari 450 partisipan dari UPNVY dan TSU.
Seminar internasional yang dimoderatori First Secretary KBRI di Moskow, Hosea RB Manurung ini menghadirkan lima pembicara, tiga dari FISIP UPNVY dan dua dari TSU.
Pembicara pertama, Vladimir Rumyantsev, Ketua Studi Asia TSU memaparkan Indonesia selalu berpartisipasi aktif dalam pertemuan negara dan memiliki banyak peran dalam permasalahan dunia.
"Indonesia mampu menjadi leader ASEAN. Ini dibuktikan dengan perannya dalam isu Myanmar," terang dia.
Pembicara kedua Ludiro Madu, dari Jurusan Hubungan Internasional UPNVY mengungkapkan tentang konsep diplomasi people to people antara Indonesia dan Rusia.
Konsep ini utamanya cukup relevan di masa pandemi Covid-19 dengam keterbatasan mobilitas.
Baca juga: Dinilai Mencemarkan, PPLM Malioboro Ancam Gugat Wisatawan yang Viral di Video Pecel Lele
"Melalui pekerja dan pelajar yang sedang berada di rusia , mereka menjadi agen untuk melakukan hubungan diplomasi Indonesia," kata Ludiro.
Selanjutnya, pembicara ketiga Sauptika Kancana SS MSi dari Jurusan Administrasi Bisnis UPNVY mengungkapkan untuk mengembangkan pemasaran produk baik Indonesia maupun Rusia perlu berkolaborasi membuat rancangan produk yang memang didasarkan sesuai kebutuhan pasar kedua negara.
"Misalnya jika produknya ingin diterima di Rusia maka perlu melakukan inovasi produk memikirkan kondisi sosial ekonomi dan tingkat kebutuhan masyarakat Rusia," ujar dia.
Pembicara lain termasuk Dekan Jurnalistik TSU, Ilya Myasnikov dan Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi UPNVY Prayudi MA PhD. (ard)