Kasus Covid19

BPBD Sleman Telusuri Pemicu Klaster di Dua RT

SATU tayangan video iring-iringan ambulans yang dinarasikan sedang mengevakuasi warga terpapar Covid-19 ke tempat isolasi, Selasa (25/5/2021)

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Agus Wahyu

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Satu tayangan video iring-iringan ambulans yang dinarasikan sedang mengevakuasi warga terpapar Covid-19 ke tempat isolasi, viral pada Selasa (25/5/2021). Saat itu, ambulans-ambulans tengah membawa warga dari dua RT di Padukuhan Ngaglik, Kalurahan Caturharjo, Sleman.

Iring-iringan ambulans yang dikawal mobil polisi itu mengangkut warga yang positif Covid-19 menuju fasilitas kesehatan darurat Covid-19 (FKDC) atau selter Asrama Haji, di Ring Road Utara, Sleman.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Sleman, Makwan mengatakan, rombongan ambulans yang digunakan untuk menjemput warga Padukuhan Ngaglik itu, berjumlah enam armada. Adapun total warga yang dijemput saat itu sebanyak 25 orang.

Lurah Caturharjo, Agus Sutanto, ditemui di ruang kerjanya, Rabu (26/5/2021) pagi menjelaskan, kini, warga Padukuhan Ngaglik di RT 1 dan 2 yang terkonfirmasi positif corona total berjumlah 52 orang.
Dari jumlah tersebut, dua orang meninggal dunia. Pasien pertama yang meninggal berusia 55 tahun.

Kemudian pasien meninggal kedua, berusia 71 tahun. Keduanya, memiliki penyakit bawaan atau komorbid. "(Satu lagi) Meninggal dunia tadi malam," kata Lurah Caturharjo, Agus Sutanto.

Agus mengungkapkan, pasien kedua yang meninggal dunia itu, berusia 71 tahun. Warga RT 02 Ngaglik dan berjenis kelamin perempuan.

Menurutnya, pasien tersebut tidak tiba-tiba meninggal. Tapi sebelumnya sudah memiliki penyakit, sejak dua tahun lalu.

Pasien yang meninggal dunia tersebut, sudah dimakamkan dengan menerapkan protokol kesehatan dan semua keluarga tidak diperbolehkan memegang. "Yang meninggal dunia, sudah langsung dimakamkan tadi malam. Sekitar pukul 01.30 WIB di pemakaman umum Ngaglik dengan prokes," ungkapnya.

Agus mengungkapkan, pasien yang meninggal dunia, sebelumnya dinyatakan positif corona dari hasil tes kesehatan massal yang dilakukan pada Sabtu (22/5) lalu. Setelah terkonfirmasi positif, pasien menjalani isolasi mandiri di rumah. Tidak dibawa ke Fasilitas Kesehatan Darurat Covid-19 (FKDC) Asrama Haji.

Pertimbangannya, karena pasien dalam keadaan sakit dan tidak memungkinkan untuk dibawa ke selter isolasi.  Saat pemeriksaan kesehatan itu, hasil tracing satu anaknya juga positif covid-19 ,sehingga akhirnya diputuskan isolasi mandiri di dalam rumah, dengan dirawat langsung oleh anaknya.

"Dia (sebelumnya sudah) sakit, sehingga tidak kami rujuk ke Asrama Haji. Anaknya juga positif, sehingga kami kondisikan yang merawat satu. Dia tinggal satu rumah dengan anaknya itu," tutur dia.

Panewu Kapanewon Sleman, Mustadi mengatakan, penanganan pasien positif di Kapanewon Sleman, maupun di Ngaglik, Caturharjo secara umum sudah sesuai dengan protokol.
Namun, ada informasi yang menurut dia, membuat warga tidak nyaman. Karena menyebutkan penularan ada diseluruh warga Padukuhan Ngaglik.
"Padahal, pasien positif hanya ada di dua RT. Yaitu di RT 1 dan 2. Di RT lainnya, (RT 3 dan 4) tidak ada yang positif," ujar dia, menjelaskan.

Dari penularan di dua RT tersebut, total warga yang saat ini terkonfirmasi positif berjumlah 52 orang, 2 di antaranya meninggal dunia. Kemudian, 38 orang menjalani Isolasi di Selter Asrama Haji. Lainnya isolasi di RSUD Sleman, RSUP Sardjito dan ada juga yang isolasi mandiri di rumah.

Sebelum Lebaran
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo memastikan, penularan kasus Covid-19 yang ada di Padukuhan Ngaglik, Kalurahan Caturharjo, bukan efek Lebaran. Sebab, klaster diketahui mulai muncul sebelum Lebaran. Tepatnya pada 9 Mei 2021.
Awalnya, hanya ada satu orang terpapar. Kemudian menyebar dengan cepat. "(Di Ngaglik) Ini bukan efek setelah Lebaran. Karena kasus awal diketahui sebelum itu. Hanya saja problemnya, tracing awal sebelum Lebaran, tapi laboratorium-nya pada tutup, sehingga sampel baru bisa diperiksa setelah Lebaran," ujar Joko, Rabu (26/5/2021).

Hingga kini, Dinas Kesehatan belum mengetahui sumber awal penularan. Karena itu, dilakuan tracing massif dan swab massal untuk memastikan masih ada sumber penularan atau tidak. Lurah Caturharjo Sleman, Agus Sutanto mengungkapkan, sebelum Lebaran awalnya ada 2 orang dari RT 2 yang diketahui positif Covid-19.

Keduanya di rawat di rumah sakit. Setelah itu, bersama Muspika Kapanewon Sleman, pihaknya berusaha melakukan tracing namun terkendala oleh libur Lebaran sehingga belum bisa dilakukan testing. Perjalanan waktu, bagi warga yang bergejala, diminta untuk melakukan swab mandiri. Hasilnya ternyata bertambah.

"Kasus ini (muncul) sebelum Lebaran. Malam Lebaran saya sama Muspika tidak hentinya untuk memantau. Bahkan, penyekatan (pembatasan) sudah dilakukan, dan berjalan dengan baik," kata dia.

Berawal dari 2 warga yang terkonfirmasi positif itu, didapatkan ada 21 orang dinyatakan kontak erat. Mereka, tanggal 18 Mei menjalani pemeriksaan kesehatan massal di Puskemas Sleman. Hasilnya, ada 14 yang positif dan langsung dibawa ke Asrama Haji.

"Semua pasien positif kita bawa ke Asrama Haji. Kecuali yang memiliki balita, dan tidak memungkinkan untuk isolasi di Asrama," kata Agus.

Mengingat semakin banyak warga Ngaglik yang positif kemudian di rapid dan swab massal, pada Sabtu (22/5). Hasilnya, dari 216 yang hadir, sebanyak 33 orang dinyatakan positif. Kini, total jumlahnya menjadi 52 orang, 2 di antaranya meninggal dunia.
Warga positif Covid-19 menjalani isolasi.

Sebanyak 38 pasien tanpa gejala menjalani isolasi di Asrama Haji, 3 orang dirawat di rumah sakit, dan sisanya isolasi mandiri.

Dapur umum
Pemerintah Kabupaten Sleman berencana membangun dapur umum di wilayah Padukuhan Ngaglik, Kalurahan Caturharjo, Sleman setelah 52 warga di RT 1 dan 2, terkonfirmasi positif.
Dapur umum rencananya akan digunakan untuk mensuplai logistik warga selama wilayah tersebut masih ditemukan kasus aktif, sehingga diharapkan dapat menekan risiko penularan.

"(Dapur umum) ini baru dibahas. Intinya, kami dorong agar bisa ada dapur umum, meskipun nanti dikaji bagaimana keputusannya," kata Panewu Sleman, Mustadi.

Rencana pendirian dapur umum di Padukuhan Ngaglik ini sempat dipertanyakan oleh warga. Terutama warga yang tidak tertular dan berada di zona hijau. Mereka khawatir pemberlakuan pembatasan yang turut menyasar warga yang negatif Covid-19 akan berdampak terhadap banyak aspek, khususnya ekonomi dan pendidikan.

Hanya Ada Satu Pintu
Angka kasus Covid-19 di Sleman cukup tinggi. Selain Padukuhan Ngaglik, Caturharjo, kini muncul klaster di wilayah RT 1 dan RT 2 RW 15 Nglempong, Padukuhan Ngemplak II, Kalurahan Umbulmartani, Kapanewon Ngemplak, Sleman. Daerah tersebut terpaksa dilakukan ‘lockdown mikro’ selama lima hari.

Panewu Ngemplak, Siti Wahyu Purwaningsih menjelaskan, di Nglempong di RT 1 dan RT 2 di-‘lockdown mikro’, atau istilahnya dilakukan pembatasan akses keluar dan masuk mulai 26 Mei hingga 30 Mei 2021. Selama lima hari itu, untuk sementara warga tidak diperbolehkan keluar- masuk. Sebab, ada sejumlah warga terpapar virus Covid-19.

"Kami ‘lockdown mikro’, atau akses keluar dan masuk dibatasi. Karena, ada warga yang positif," kata dia, saat dikonfirmasi.

Menurut dia, warga yang positif dari dua RT tersebut berjumlah 11 orang. Rinciannya, di RT 1 ada 2 orang dan di RT 2 ada 9 orang. Kasus pertama mulai diketahui sejak tiga hari yang lalu. Muncul penularan, kata dia, diduga bermula dari adanya kegiatan setelah Lebaran.

Saat ini, ada 11 orang yang dinyatakan positif. Satgas penanganan covid-19 dari Pemerintah Kapanewon, Kalurahan, hingga Padukuhan kemudian bergerak cepat untuk meminimalisir potensi penyebaran. Caranya, dengan dilakukan pembatasan.

Akses keluar - masuk warga dibatasi hanya satu pintu. Itupun hanya untuk keperluan darurat dan mendesak. Hari sebelumnya, sebelum kebijakan ‘lockdown mikro’ diberlakukan, warga telah diimbau berbelanja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Bagi warga yang keberatan untuk pemenuhan kebutuhan, maupun memerlukan surat rekomendasi libur, bisa menghubungi ketua RW atau ketua RT setempat. "Besok (27 Mei 2021), bertempat di barat Poskamling akan dilakukan test rapid, antigen dan PCR untuk seluruh warga Nglempong, tanpa kecuali," tuturnya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo mengungkapkan, manajemen penanganan Covid-19 di Nglempong, Ngemplak bagus. Menurutnya, begitu ada kasus warganya positif dan ada tanda-tanda bisa menyebar ke warga lainnya, maka langsung dilakukan manajemen antisipasi dengan diberlakukan kebijakan ‘lockdown mikro’ atau pembatasan.

"Pembatasan ini sebagai persiapan, dalam rangka, akan dilakukannya swab massal besok," kata Joko. Pemeriksaan kesehatan massal rencananya akan menyasar 250 warga. (rif)

Selengkapnya baca Tribun Jogja Edisi Kamis (27 Mei 2021) halaman 1.

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved