Direlokasi, Pedagang Pasar Protojayan Sleman Mengaku Kompak dan Tetap Semangat
Siang itu, sejumlah pedagang terlihat sibuk, menata barang dagangan dan tempat untuk berjualan. Ada yang membersihkan lapak, memotong kayu
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Siang itu, sejumlah pedagang terlihat sibuk, menata barang dagangan dan tempat untuk berjualan.
Ada yang membersihkan lapak, memotong kayu hingga memasang atap. Mereka adalah pedagang pasar tradisional Protojayan, Prambanan, Sleman yang direlokasi ke tanah kas desa Madurejo. Sebab, bangunan pasar tempat biasa berjualan akan direvitalisasi.
Salah satu pedagang, Susanti mengungkapkan, pedagang Pasar Protojayan secara resmi pindah serentak pada Senin (24/5/2021).
Baca juga: BREAKING NEWS: Tak Kuat Tanjakan, Mikrobus Terguling di Dlingo Bantul
Ditandai dengan mengarak tumpeng dan pemotongan pita. Menurutnya, meskipun perpindahan membuat tidak nyaman, namun mayoritas pedagang mau untuk direlokasi.
"Semua pedagang disini mau. Kompak semua. Karena rumangsani. Pasar itu kan milik pemerintah, kalau pemerintah menginginkan renovasi. Kita sepakat," kata Susanti
Pedagang produk kesehatan itu mengungkapkan, kondisi bangunan pasar lama memang perlu perbaikan.
Di bagian depan sudah sedikit mengalami kerusakan. Kemudian, dibeberapa bagian juga ada yang bocor saat hujan.
Bahkan, karena kondisi pasar lebih rendah dari jalan sering kali menggenang. Hal itu tentunya membuat tidak nyaman.
Karenanya, saat ada rencana revitalisasi dari pemerintah, semua pedagang menerima. Meskipun, terpaksa harus direlokasi untuk sementara waktu.
"Namanya pindah, awalnya pasti tidak nyaman. Tapi, kita tetap semangat," tuturnya.
Sebelum pindah sosialisasi kepada pembeli sudah dilakukan. Bahkan, di bangunan pasar lama juga dipasang spanduk pengumuman.
Harapannya, agar para pembeli yang biasa berbelanja ke pasar Protojayan tidak kebingungan.
Di tempat relokasi, lapak pedagang dibuat hari hampir seragam. Bangunan dibuat semi permanen dengan bambu, kayu dan atap memakai seng.
Sejumlah fasilitas sudah tersedia, seperti Musala maupun toilet. Di lahan seluas 6.000 meter persegi itu, para pedagang ditempatkan sesuai zonasi, tergantung produk yang dijual.
Di antaranya, ada zona toko kelontong, Kuliner, daging hingga jamu.