Galang Donasi untuk Pengadaan Kapal Selam Baru, Masjid Jogokariyan Himpun Rp 300 Juta dalam Sehari

Galang Donasi untuk Pengadaan Kapal Selam Baru, Masjid Jogokariyan Himpun Rp 300 Juta dalam Sehari

TRIBUNJOGJA.COM/ Maruti A Husna
Masjid Jogokariyan Yogyakarta tetap menyelenggarakan salat tarawih berjemaah selama Ramadan tahun ini. 

TRIBUNJOGJA, YOGYA - Pengurus Masjid Jogokariyan mampu menghimpun dana sebesar Rp 300 juta dalam sehari untuk donasi pembelian kapal selam pengganti KRI Nanggala-402.

Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan, Ustaz Muhammad Jazir mengatakan, pada Senin (26/4/2021) lalu pihaknya telah membuat rekening khusus untuk menggalang donasi.

Melalui rekening itu, sebelumnya Masjid Jogokariyan sempat menyalurkan uang tunai sebesar Rp. 21 juta kepada perwakilan Lanal Yogyakarta.

Dari jumlah itu, dana senilai Rp15 juta telah disalurkan kepada keluarga korban awak kapal KRI Nanggala-402 dan sisanya disumbangkan untuk membeli armada angkatan laut yang baru. 

Hingga saat ini, proses penggalangan dana masih berlanjut hingga satu bulan lamanya.

"Pagi kemarin kita publish nomor rekening masjid, pagi ini sudah tembus di atas Rp 300 juta dalam sehari," jelas Jazir saat dihubungi, Selasa (27/4 2021) pagi.

Terkait hal ini, pihak Masjid Jogokariyan menargetkan untuk menghimpun dana seharga satu unit kapal selam baru.

Menurut sepengetahuannya, PT Penataran Angkatan Laut (PAL) pernah memproduksi kapal selam seharga Rp. 1,7 triliun.

Jika mendatangkan dari Korea Selatan, nilainya ditafsir mencapai Rp. 4,8 triliun.

Baca juga: Dukung Pengadaan Kapal Selam Baru, Pengurus Masjid Jogokaryan Donasikan Uang Puluhan Juta Rupiah

Baca juga: Jemaah Masjid Jogokariyan Yogya Gelar Salat Gaib bagi Prajurit TNI AL yang Gugur di KRI Nanggala 402

Hanya saja, hingga saat ini pihaknya belum memperoleh kepastian dari PT PAL terkait biaya untuk memproduksi kapal selam baru.

"Nanti setelah Ramadan ini kita coba ke PT PAL untuk menanyakan (harga) atau mungkin kalau ada katalog kapal selam ya nanti kita akan genjot lagi penghimpunan dananya," jelasnya.

Jazir optimis bahwa target penggalangan dana dapat tercapai. Sebab, jika berkaca pada sejarah, sebenarnya fenomena penggalangan dana  serupa pernah terjadi di masa awal kemerdakaan.

Tepatnya pada 16 Juni 1948 lalu. Kala itu masyarakat Aceh beramai-ramai patungan untuk membeli pesawat pertama kenegaraan yang kemudian diberi nama Dakota RI-001 Seulawah.

"Kami yakin, karena dulu Indonesia punya pesawat pertama juga urunan dari rakyat Aceh. Bukan dari APBN, bukan dari utang luar negeri tapi uang rakyat," urainya.

Contoh lain adalah saat Sri Sultan Hamengku Buwono IX menyumbangkan sebagian kekayaannya senilai 6,5 juta gulden untuk membantu kegiatan pemerintahan negara di tahun 1949.

"Itu sejarah sudah membuktikan ketika rakyat bergerak. Siapapun boleh donasi. Tujuan kami menghidupkan kembali semangat kebangsaan dan gotong royong rakyat untuk kedaulatan negara," bebernya.

Lebih jauh, Jazir juga menyoroti maraknya kasus korupsi di Indonesia yang bisa menimbulkan kerugian negara hingga triliunan rupiah. Padahal tindak pidana itu hanya dilakukan oleh segelintir orang.

"Masak orang bisa korupsi triliunan tapi urunan untuk membeli kapal selam tidak bisa. Coba saja itu dana (korupsi) Asabri dan Jiwasraya itu kan hanya segelintir orang sampai korupsi triliunan. Masak orang banyak tidak bisa urunan hanya untuk kebaikan," paparnya.

Melalui upaya penggalangan dana ini dirinya berharap dapat membangkitkan rasa cinta tanah air serta membangun kepedulian masyarakat terhadap peetahanan nasional.

"Upaya ini juga direspons oleh Laksamana Zainal, komandan armada laut di Surabaya. Jadi beliau sangat terharu dan berterimakasih atas respon kita," paparnya. (Tribunjogja/Yuwantoro Winduajie)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved