Sepanjang 2021, Jumlah Penderita DBD di Kota Yogyakarta Tercatat Alami Penurunan Drastis

Berdasar data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan setempat, pada Januari hingga Maret 2020 silam, muncul 164 penderita DBD.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
Net
Ilustrasi: Demam Berdarah 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Yogyakarta mengalami penurunan drastis.

Benar saja, hingga bulan Maret lalu, tercatat hanya ada 18 orang yang terpapar penyakit berbahaya itu.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah tersebut bisa dibilang sangat sedikit.

Berdasar data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan setempat, pada Januari hingga Maret 2020 silam, muncul 164 penderita DBD.

Kasie Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, mengatakan dari 18 kasus yang terjadi, ada satu warga yang meninggal dunia. Hanya saja, sampai sejauh ini, belum terverifikasi.

"Ada dugaan, tapi belum dipastikan kalau (meninggalnya karena) demam berdarah. Usia anak-anak. Ya, belum sempat kita audit kasusnya," kata Endang, Senin (26/4/2021).

Ia tidak menampik lambatnya proses audit dikarenakan anggaran yang difokuskan untuk penanganan Covid-19.

Tapi, dirinya pun tak yakin, meninggal dunianya seorang warga tersebut disebabkan oleh DBD dan urung tertangani.

"Karena memang kasusnya hanya sedikit. Meski sampai sekarang belum diaudit, ya, karena anggarannya kan masih difokuskan untuk penanganan Covid-19. Jadi, kasus yang meninggal dunia belum bisa kita pastikan," ujarnya.

Lebih lanjut, Endang mengungkapkan, menurunnya kasus DBD di Kota Yogyakarta tersebut, disebabkan oleh beberapa hal.

Menurutnya, intervensi dari sejumlah pihak terbukti efektif dalam meminimalisir sebaran nyamuk Aedes aegypti.

Secara konvensional, imbuhnya, gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan satu rumah satu jumantik terus digenjot.

Upaya tersebut, dibarengi dengan memperluas sebaran nyamuk Aedes aegepty ber-Wolbachia.

Terlebih, saat ini, World Mosquito Program (WMP) terus memperluas sebaran nyamuk Aedes aegepty ber-Wolbachia.

Bahkan, beberapa titik yang tahap sebelumnya dijadikan sebagai pembanding pun mulai disasar oleh WMP.

"Itu kemungkinan lain, karena ada nyamuk ber-Wolbachia. Menurunnya kasus di Kota Yogyakarta karena memang disasar program tersebut," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved