Masih Berduka Kematian Pangeran Philip, Ratu Elizabeth II Rayakan Ulang Tahun Secara Sederhana
Ulang tahun Ratu Elizabeth akan terlihat sedikit berbeda tahun 2021 ini. Ratu bakal merayakan ulang tahun ke-95 nya pada Rabu 21 April 2021 besok,
Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM - Ulang tahun Ratu Elizabeth akan terlihat sedikit berbeda tahun 2021 ini.
Ratu bakal merayakan ulang tahun ke-95 nya pada Rabu 21 April 2021, tepat saat Indonesia merayakan Hari Kartini.
Menurut berbagai sumber, karena pandemi Covid-19 dan masa berkabung atas wafatnya Pangeran Philip, Ratu hanya menggelar acara kumpul-kumpul dengan lebih sedikit orang.
Penguasa monarki terlama di Inggris itu mungkin tidak akan mempublikasi potret ulang tahunnya.
Juga, penghormatan senjata secara tradisional yang biasanya berlangsung di Taman Hyde dan Menara London untuk menandai ulang tahun Ratu, tidak akan dilakukan.

Ini udah kedua kalinya penghormatan tidak dilakukan lantaran ada lockdown Covid-19.
Perayaan ulang tahun musim panas tahunan Ratu, yang dikenal sebagai Trooping the Color, juga tidak akan berlangsung tahun ini.
Meskipun Ratu tidak akan ambil bagian dalam acara kerajaan publik dalam beberapa minggu mendatang, dia masih akan bekerja dari rumah.
Ratu secara pribadi akan menanggapi pesan dari para pemimpin dunia yang menyatakan belasungkawa atas meninggalnya Duke of Edinburgh.
Pangeran William, Duchess Kate, dan Pangeran Charles juga diharapkan menanggapi tokoh-tokoh global yang menghubungi setelah meninggalnya Pangeran Philip dengan korespondensi yang dikirim melalui Istana Kensington dan Clarence House.

Warganet juga sempat dibuat terharu saat Pangeran Philip dimakamkan di Kastil Windsor, beberapa waktu lalu.
Ratu Elizabeth II terlihat duduk seorang diri tanpa sang suami yang menunggu di sebelahnya.
Padahal, biasanya Ratu akan bersama dengan Pangeran Philip di pemakaman siapapun.
Termasuk pemakaman Putri Diana, istri dari Pangeran Charles di tahun 1997. Kemudian pemakaman Putri Margaret dan Ibu Suri Elizabeth, adik dan ibu dari Ratu Elizabeth II di tahun 2002.
Namun kali ini, Ratu sendiri yang harus menghantarkan Pangeran Philip, suami yang telah bersama dengannya selama 73 tahun ke tempat peristirahatan terakhir.
Kesendirian itu bukan tanpa alasan. Dengan pembatasan kerumunan pandemi virus corona yang tegas, Ratu tidak diperkenankan duduk bersebelahan dengan anak dan cucunya.

Semenjak pandemi, Ratu memiliki grup tersendiri agar dirinya tidak terkena virus corona.
Maka, saat pemakaman, beberapa kerabat Ratu Elizabeth II duduk dalam kelompok keluarga kecil dengan anak-anak dan pasangan.
Bagi banyak orang yang menonton dari rumah, pemandangan Ratu terlihat tabah duduk seorang diri membuat haru dan menyedihkan di hari itu.
“Foto-foto ini benar-benar membawa pulang salah satu kebenaran mengerikan dari pandemi,” kata jurnalis Inggris Jane Merrick di Twitter.
Ia mengatakan, tidak ada pelukan air mata dengan keluarga yang bersatu kembali tepat pada saat Ratu sangat membutuhkannya.
Seorang pengguna Twitter, merujuk pada foto Elizabeth yang dibagikan secara luas, mengatakan itu adalah gambar pertama dari pemakaman yang membuatnya menangis.

“Dia terlihat sangat sendirian di sana, hari ini lebih seperti seorang janda daripada seorang ratu,” ungkap pengguna Twitter itu.
Banyak orang di media sosial berkomentar tentang Ratu yang tampak lemah, mengatakan dia tampak kecil atau lebih rentan.
Ratu dikabarkan juga enggan mengikuti tradisi ratusan tahun terkait masa berkabung di Kerajaan Inggris.
Tidak seperti anggota keluarga dan bangsawan lain sebelumnya, dia tidak akan menggunakan alat tulis bermata hitam selama masa berkabung resmi.
Telah dipastikan bahwa dia akan menggunakan alat tulis yang dipersonalisasi yang menampilkan lambangnya dalam warna hitam, bukan merah biasa.
Ini merupakan bentuk penghormatan pada suaminya. Selama hidup, Pangeran Philip dikenal memiliki sikap tidak repot.

Bahkan, Philip sudah meminta agar tidak ada orang yang melihat peti matinya saat dia meninggal nanti.
Philip sempat merancang pemakamannya sendiri. Peti matinya ditempatkan di belakang Land Rover dan upacara, yang diadakan di Kastil Windsor pada hari Sabtu, tanpa pidato.
Menurut The Times, Clarence House, kantor Pangeran Charles dan Camilla, Duchess of Cornwall dan Kensington Palace, tempat Pangeran William dan Kate Middleton secara resmi berbasis, akan terus mempraktikkan tradisi yang telah berusia berabad-abad.
Menggunakan alat tulis bermata hitam setelah kematian sangat populer di abad ke-19.
Setelah kematian suami tercintanya Pangeran Albert pada tahun 1861, Ratu Victoria berkorespondensi di atas kertas tulis dengan garis tepi hitam tebal dan amplop yang serasi, untuk memberi tanda kepada penerima status berkabungnya yang sedang berlangsung.

Namun, Ratu mengirim catatan tulisan tangan terakhirnya kepada suaminya dengan cara tradisional.
Terletak di antara karangan bunga putih di atas peti matinya, bertengger di sebuah kartu putih, bertepi hitam, dengan catatan yang diyakini telah ditandatangani dengan nama panggilannya 'Lilibet'.
Suaminya dianggap sebagai orang terakhir yang memanggilnya dengan sebutan masa kecilnya.
Charles juga menggunakan bentuk korespondensi tradisional di masa lalu, termasuk dalam surat kepada mantan anggota staf ketika neneknya, Ibu Suri, meninggal pada tahun 2002.
( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )