Primadana Batik di Kulon Progo, Menggali Kreativitas dengan Batik di Tengah Pandemi Covid-19

Pandemi virus corona yang melanda sekitar Maret 2020 silam ternyata memberikan peluang bagi kalangan ibu-ibu untuk mengembangkan sebuah usaha.

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA/ Sri Cahyani Putri
Pemilik Primadana Batik, Suparyana sedang memamerkan batik hasil produksinya. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Pandemi virus corona yang melanda sekitar Maret 2020 silam ternyata memberikan peluang bagi kalangan ibu-ibu untuk mengembangkan sebuah usaha. 

Salah satunya di Primadana Batik yang berlokasi di Pedukuhan Kopat RT 4/2 Kalurahan Karangsari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo

Primadana Batik termasuk salah satu anggota dari Batik Kupat yang berdiri sejak 22 Desember 2020 bertepatan dengan peringatan Hari Ibu. 

Baca juga: ASN Dilarang Mudik Kepala OPD di Klaten Diminta Ikut Turun Tangan Mengawasi

Pemilik Primadana Batik, Suparyana bercerita saat itu, sejumlah ibu-ibu di wilayahnya memiliki ide untuk mengisi waktu luang di tengah pandemi virus corona. 

Kemudian mereka menggali kreativitas dengan membuat batik. 

Adapun visinya yakni batik kupat milenial yang diharapkan dapat mengikuti perkembangan zaman. 

"Sehingga dari motif batik abstrak yang berarti berpikir bebas tanpa batas kita kembangkan ke abstrak kombinasi," ucapnya, Minggu (11/4/2021). 

Ia merinci, hingga saat ini sudah ada sekitar 30 motif yang diproduksi oleh Primadana Batik

Dengan menggali sesuatu yang ada di alam. Mulai dari motif alam, flora dan fauna, bebatuan serta kayu. 

Bahkan untuk membuat polanya, ia memanfaatkan bahan-bahan yang tidak terpakai seperti alat cetak roti maupun pipa. 

Dalam pemasarannya, Primadana Batik memanfaatkan media sosial (medsos) diantaranya WhatsApp, Facebook, Instagram bahkan website. 

"Kita juga menjual melalui grup whatsapp yang beranggotakan teman-teman alumni yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan membuat jaringan pemasaran yang menampilkan seluruh motif batik," kata Suparyana. 

Harganya juga cukup terjangkau berkisar Rp 130.000 - Rp 150.000

Bahkan batik-batik tersebut telah terjual di Bandung, Surabaya, Jakarta, Pontianak dan terakhir Lamongan. 

Meski memberikan peluang, namun pandemi virus corona cukup berpengaruh terhadap produksi batik di primadana. 

Dikarenakan terkendala modal yang disebabkan sektor ekonomi mengalami penurunan. 

Baca juga: Sudah Prediksi Larangan Mudik Lebaran, Dinas Pariwisata Gunungkidul Andalkan Wisatawan Lokal

Adapun kendala lainnya pada bahan baku pembuatan. 

Terkait dengan modal, ia mengaku baru merencanakan pengajuan proposal. 

"Tapi selama ini juga belum dapat. Hanya sebatas pertemuan-pertemuan dengan instansi terkait. Seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) setempat yang membantu bagaimana memecahkan permasalahan untuk proses pengembangan usaha," ungkapnya. (scp) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved