Analisis Kriminolog UGM Soal Motif Penyerangan di Ring Road Barat Demak Ijo
Analisis Kriminolog UGM Soal Motif Penyerangan di Ring Road Barat Demak Ijo
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aksi penyerangan sekelompok orang tak dikenal di wilayah Yogyakarta tentunya bukan hal baru.
Meski sudah sering terjadi, para komplotan tak bertanggung jawab itu seolah bebas berkeliaran di wilayah DIY.
Kasus terbaru, pada Sabtu (28/3/2021) malam aksi penyerangan di tempat umum kembali menima Agus Mualim, seorang remaja berusia 25 tahun yang setiap harinya bekerja sebagai pengamen angklung di simpang empat Jalan Ring Road Barat, Demak Ijo, Gamping, Kabupaten Sleman.
Melihat aksi pengeroyokan yang terjadi, Kriminolog Universitas Gajah Mada (UGM) Soeprapto mengatakan ada tiga kemungkinan motif pengeroyokan yang terjadi pada Sabtu malam sekitar pukul 21.00 WIB kemarin.
Motif pertama, Soeprapto menduga para komplotan tersebut sengaja membuat gaduh di tempat umum demi mengejar eksistensi belaka.
Setelah mereka dikenal, harapannya keberanian para komplotan tersebut akan dipakai untuk kepentingan politis atau yang lainnya oleh sejumlah oknum tertentu.
Baca juga: Pengakuan Korban Penyerangan Geng Motor di Ring Road Demak Ijo, Tiba-tiba Darah Menetes ke Leher
Baca juga: Polda DIY : Pelaku Pengeroyokan Anak Punk di Ring Road Barat Geng Motor yang Sedang Cari Musuh
Motif kedua, para komplotan tersebut memang telah memiliki sasaran tertentu dan diindikasikan angkringan yang menjadi tempat sasaran penyerangan itu merupakan markas dari kelompok yang dianggap musuh para komplotan tersebut.
"Tetapi kalau sudah rombongan seperti itu, biasanya yang memiliki masalah hanya satu atau dua orang saja. Karena bukan seorang ksatria, mereka lalu mengajak teman-temannya untuk memburu orang tertentu dan kebetulan angkringan tersebut menjadi tempat biasa nongkrong," kata Suprapto, kepada Tribun Jogja, Minggu (28/3/2021).
Bisa dibilang, motif kedua tersebut adalah penyerangan yang bertujuan untuk balas dendam terhadap orang atau kelompok tertentu.
Sementara motif ketiga, lanjut Soeprapto, ada kemungkinan mereka sedang merebutkan wilayah.
Hanya saja, dugaan itu akan dibenarkan apabila kelompok penyerang tersebut merupakan kelompok pengamen seperti halnya korban.
"Karena pengamen di Jogja ini kan gak bebas mereka. Ada koordinatornya Jogja bagian Timur, Barat dan wilayah lain. Itu sangat mungkin kalau penyerang ini juga sama-sama pengamen," lanjutnya.
Dosen di Departemen Sosiologi UGM itu menambahkan, melihat kendaraan yang digunakan berjumlah puluhan dan melibatkan kendaraan roda empat, ia mengklaim bahwa penyerangan yang dilakukan Sabtu malam bukanlah aksi kejahatan klitih.
"Klitih tidak sesiap itu. Ada senjata lengkap dan menggunakan kendaraan roda empat. Kalau pun yang ditemui mereka masih remaja, itu bukan anak pelajar saya kira," imbuh Soeprapto. (Tribunjogja/Miftahul Huda)