Sholat Dhuha

Niat dan Tata Cara Sholat Dhuha, Bisa Dikerjakan Minimal 2 Rakaat dan Maksimal 12 Rakaat

Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu Dzuhur.

Editor: Kurniatul Hidayah
Human Resources Online
Ilustrasi Sholat Dhuha 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Memulai hari yang cerah ini, kita sebagai umat Muslim baiknya menggunakan waktu untuk beribadah pagi yakni Sholat Dhuha.

Salah satu keutamaannya dimudahkan rezeki dan penghapus dosa.

Sholat dhuha adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW.

Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu Dzuhur.

Jumlah rakaat Shalat Dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat.

Tidak ada perselisihan di antara ulama mengenai jumlah rakaat minimal Sholat Dhuha, yakni dua rakaat berdasarkan hadis-hadis yang menyebutkan keutamaan Sholat Dhuha.

Baca juga: Ini Doa Nabi Muhammad SAW, Doa Sapu Jagat Untuk Kebaikan Dunia Akhirat, Simak Riwayatnya

Namun, mereka berbeda pendapat tentang berapakah jumlah rakaat maksimal Sholat Dhuha.

Dalam hal ini setidaknya ada tiga pendapat:

Pertama, jumlah rakaat maksimal adalah delapan rakaat. Pendapat ini dipilih oleh Madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali.

Dalil yang digunakan madzhab ini adalah hadis Umi Hani’ radhiallaahu ‘anha, bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memasuki rumahnya ketika fathu Mekah dan Beliau shalat delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).

Kedua, rakaat maksimal adalah 12 rakaat. Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi, salah satu riwayat dari Imam Ahmad, dan pendapat lemah dalam Madzhab Syafi’i. Pendapat ini berdalil dengan hadis Anas radhiallahu’anhu

من صلى الضحى ثنتي عشرة ركعة بنى الله له قصرا من ذهب في الجنة

“Barangsiapa yang shalat dhuha 12 rakaat, Allah buatkan baginya satu istana di surga.” Namun hadis ini termasuk hadis dhaif. Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah, dan Al-Mundziri dalam Targhib wat Tarhib. Tirmidzi mengatakan, “Hadis ini gharib (asing), tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini.” Hadis ini didhaifkan sejumlah ahli hadis, diantaranya Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam At-Talkhis Al-Khabir (2: 20), dan Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah (1: 293).

Ketiga, tidak ada batasan maksimal untuk Sholat Dhuha. Pendapat ini yang dikuatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi.

Dalam kumpulan fatwanya tersebut, Suyuthi mengatakan, “Tidak terdapat hadis yang membatasi Shalat Dalah pendapat yang tidak memiliki sandaran sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Hafidz Abul Fadl Ibn Hajar dan yang lainnya.”.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved