Detail Kurs Dollar Rupiah dan Pergerakan Bursa Saham Bank Selasa 9 Maret 2021
urs dollar rupiah melemah pada perdagangan di pasar spot hari Senin (8/3/2021) pada level Rp 14.360.
Tribunjogja.com JAKARTA Kurs dollar rupiah melemah pada perdagangan di pasar spot hari Senin (8/3/2021) pada level Rp 14.360.
Rupiah melamah 0,42% dibanding hari Jumat (Rp 14.300).
Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah tercatat melemah 0,13% ke level Rp 14.390 dibanding hari Jumat (Rp 14.371).
Bagi anda yang akan menukarkan valuta asing (valas) dollar Amerika Serikat, referensi kurs dari perbankan bisa anda ikuti.
Pada hari ini, Selasa 9 Maret 2021, situs resmi Bank Negara Indonesia (BNI) menampilkan beberapa kurs dollar rupiah.
BNI memiliki kurs dollar rupiah yakni, TT counter, special rates, maupun bank notes.
Berikut detail kurs dollar rupiah yang dikutip dari situs resmi BNI (Diperbarui pada pukul 07.05 WIB per 9 Maret 2021):
Kurs dollar rupiah TT counter:
- Kurs beli Rp. 14.175 per dollar AS
- Kurs jual Rp. 14.575 per dollar AS
Kurs dollar rupiah special rates:
- Kurs beli Rp. 14.314 per dollar AS
- Kurs jual Rp. 14.499 per dollar AS
Kurs dollar rupiah bank notes:
- Kurs beli Rp. 14.175 per dollar AS
- Kurs jual Rp. 14.575 per dollar AS
Pergerakan Saham Bank
Pergerakan saham-saham bank kecil dalam beberapa waktu terakhir menjadi sorotan Bursa Efek Indonesia.
Pada Jumat (5/3) saham PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI) dan PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) masuk unusual market activity (UMA).
Sehari sebelumnya, BEI menggembok saham-saham seperti PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI), PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), Bank IBK Indonesia Tbk (AGRS), PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS), PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC), dan PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA).
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, kenaikan saham tersebut karena ada spekulasi tren perusahaan-perusahaan teknologi finansial atau fintech Indonesia mengakuisisi perbankan kecil untuk bertransformasi menjadi bank digital.
Sebagai contoh Gojek yang merambah bisnis perbankan dan mengakuisisi bank PT Bank Jago Tbk (ARTO).
“Berkaca pada bank Jago dibelinya lumayan premium atau 2 kali dari nilai bukunya. Jadi ada ekspektasi fintech yang lain akan ikut jejaknya Bank Jago dan Net Syariah, sehingga investor melakukan beli lebih dulu,” terangnya, Senin (8/3).
Baca Juga: Wall Street tertekan, saham teknologi terkoreksi
Secara volume dan nilai transaksinya, menurut Wawan tidak terlalu besar tapi terus naik karena sahamnya juga dinilai tidak likuid.
Dia memperingatkan pelaku pasar yang berniat masuk saham tersebut untuk berhati-hati. Wawan juga melihat kenaikan saham-saham itu juga tak lepas dari investor ritel yang lebih mudah terbawa tren dan lebih fokus untuk mengejar untung jangka pendek.
Apabila ekspektasi tersebut terealisasi, yang perlu diperhatikan ke depannya adalah fokus bisnisnya. Dia menambahkan, kemungkinan fokus dari perbankan akan mencari pengguna baru dan belum mencari keuntungan.
“Kalau seperti itu, meski sudah bertransformasi ke bank digital pun, masih membutuhkan waktu cukup lama untuk bisa profit. Jika sudah seperti itu, lama-lama investor akan kembali ke fundamentalnya,” tambah Wawan.
Terkait maraknya saham-saham kecil yang melesat, Wawan menyarankan pelaku pasar untuk lebih dewasa dalam melihat prospek dan memilih saham.
Investor tetap harus berpegang pada fundamental.
Selain itu, ia menambahkan berinvestasi saham itu idealnya untuk jangka panjang dan melakukan diversifikasi portofolio untuk menghindari kerugian.
“Diversifikasinya juga lebih kepada saham-saham yang big caps yang sudah teruji dalam jangka yang panjang bisa menghadapi berbagai tantangan,” ujar Wawan.
Dalam sepekan terakhir harga saham BBHI naik 55,48%, saham BBSI melesat 50,26%, BKSW melejit 103,85%, AGRS melonjak 80,49%, BMAS naik 94,44%, BNBA menguat 55,87%, INCP naik 25%, BBSI melesat 50,26%, dan saham AMAR sudah naik 69,39%. (*)