Kabupaten Gunungkidul
Ini Penyebab Harga Cabai Rawit di Gunungkidul Melonjak
DPP Gunungkidul menyebut hasil panen cabai rawit saat ini sedang minim sehingga menyebabkan harganya melambung tinggi
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul menyebut hasil panen cabai rawit saat ini sedang minim. Kondisi itu menyebabkan harga cabai rawit membumbung tinggi di pasaran.
Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan dan Holtikultura, DPP Gunungkidul, Budi Sudartanto mengatakan tidak banyak petani yang membudidayakan cabai rawit.
"Selain karena musim penghujan, budidaya cabai rawit membutuhkan modal yang lebih besar," katanya dihubungi pada Jumat (05/03/2021).
Saat curah hujan tinggi, Budi mengatakan tanaman holtikultura seperti cabai rentan terserang penyakit dan hama. Kondisi tersebut memicu terjadinya kerusakan pada tanaman cabai rawit.
Petani di Gunungkidul pun lebih memilih menanam cabai besar (keriting). Alasannya, secara modal produksi hingga perawatan tidak serumit menanam cabai rawit.
Baca juga: Harga Cabai Rawit Merah Tinggi, Pedagang di Pasar Wates Kulon Progo Kurangi Jumlah Kulakan
"Petani juga merasa lebih mendapat untung dengan menanam cabai besar (keriting)," jelas Budi.
Ia menyebut harga cabai rawit di tingkat petani saat ini berada di kisaran Rp 90 ribu hingga Rp 100 ribu.
Harga di pasaran menjadi lebih tinggi karena sistem distribusinya.
Terpisah, Kabid Perdagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul, Yuniarti Ekoningsih mengatakan harga cabai rawit di pasar saat ini kisaran rata-ratanya mencapai Rp 120 ribu per kilogram
"Tadi saya coba cek ke Pasar Argosari, masih ada pedagang yang menjual di harga Rp 100 ribu per kilo," katanya.
Kondisi tersebut kontras dengan harga jenis cabai lainnya di pasaran. Cabai besar merah misalnya, dipatok seharga Rp 50 ribu per kilogram, sedangkan cabai hijau sekitar Rp 25 ribu per kilo.(Tribunjogja/Alexander Ermando)