10 Sekolah di DI Yogyakarta Akan Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka, Ini Masukan Epidemiolog UGM

Sebanyak 10 SMA/SMK di DIY ditunjuk sebagai sekolah percontohan untuk melakukan simulasi atau uji coba pembelajaran tatap muka.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
dok.istimewa
ilustrasi berita pendidikan 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebanyak 10 SMA/SMK di DIY ditunjuk sebagai sekolah percontohan untuk melakukan simulasi atau uji coba pembelajaran tatap muka

Namun, dikarenakan kebijakan pengetatan terbatas kegiatan masyarakat (PTKM) yang masih berlangsung, hal itu urung dilakukan hingga PTKM berakhir. 

Pakar Epidemiologi UGM, Bayu Satria memberikan beberapa masukan terkait uji coba pembelajaran yang akan dilakukan tersebut. 

Baca juga: BBPOM Yogyakarta Lakukan Sosialisasi dan Desk Registrasi Pangan Olahan bagi Pelaku UMKM

Ia mengatakan, memang tidak semua kegiatan sekolah berisiko tinggi bagi penularan Covid-19.

Namun, yang cukup sulit dilakukan adalah pengawasan siswa selalu menerapkan protokol kesehatan. 

"Satu memastikan siswa semua pakai masker. Kalau di dalam kelas mudah melihatnya. Tapi yang perlu diperhatikan di luar itu, jam istirahat. Itu titik lengahnya, susah kontrol mereka karena ngobrol, apalagi yang makan," kata Bayu kepada Tribun Jogja, Jumat (5/3/2021). 

Bayu melanjutkan, protokol kesehatan harus bisa diterapkan dari awal sampai akhir sekolah.

Saat siswa datang, dicek temperatur badannya, ada ruang transit dan ada unit kesehatan siswa (UKS) yang dibagi dua. Yakni, antara ruang UKS untuk penyakit menular dan non penyakit menular. 

"Ruang UKS dibatasi, dipartisi, tidak permanen. Kalau tiba-tiba saat sekolah tatap muka ada yang mengeluh panas, itu mungkin saja terjadi. Langsung dipisahkan ke UKS untuk penyakit menular," jelasnya. 

Ia menambahkan, harus ada pula kontrol dengan dinas, puskesmas, dan rumah sakit terdekat yang disiapkan sebelum simulasi.

Untuk ruang kelas pun harus diperhatikan, seperti ventilasi harus terpenuhi.

"Kalau bisa jam masuknya diperpendek sehingga istirahat tidak lama. Kalau ada satu sakit panas, otomatis sekelas harus tutup. Sampai bisa dibuktikan bahwa dia tidak Covid-19," ungkapnya. 

Di samping itu, lanjut Bayu, dibutuhkan juga simulasi tim Gugus Tugas Covid-19 sekolah yang mengawasi para siswa. 

Baca juga: Pengamat Politik UGM: Tak Ada Cara Lain Bagi SBY untuk Keluar dari Dinasti Partai Demokrat

Sementara, dinas pendidikan setempat juga harus memegang kontrol.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved