Monyet Lereng Gunung Merapi Menjarah Makanan, Resahkan Pedagang di Wisata Tlogo Putri Sleman

Menurut dia, monyet ekor panjang tersebut turun dari Bukit Plawangan yang letaknya di seputar lokasi wisata. Jumlahnya sangat banyak, mencapai ratus

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA/ Ahmad Syarifudin
Kera ekor panjang turun dari lereng Gunung Merapi dan lebih suka mencari makan di kawasan destinasi wisata Tlogo Putri, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Rabu (3/3/2021) 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Sudah hampir setahun, para pedagang yang biasa berjualan di kawasan destinasi wisata Tlogo Putri, Hargobinangun, Pakem, Sleman selalu diresahkan dengan kehadiran monyet ekor panjang.

Bukan hanya satu, primata lereng Gunung Merapi dengan nama latin Macaca fascicularis itu datang bergerombol bersama kawanannya dan suka menjarah makanan dari wisatawan maupun pedagang

"Sering sekali mengambil makanan. Gorengan ditaruh di meja, kalau nggak diawasi, pasti langsung habis," kata Yatinem, pedagang makanan di objek Wisata Tlogo Putri kepada Tribun Jogja, Rabu (3/3/2021). 

Menurut dia, monyet ekor panjang tersebut turun dari Bukit Plawangan yang letaknya di seputar lokasi wisata.

Jumlahnya sangat banyak, mencapai ratusan ekor. Mereka turun diwaktu-waktu yang tidak dapat ditentukan.

Kadang pagi, siang maupun sore. Kehadirannya, kata Yatinem sangat menganggu dan meresahkan.

Baca juga: UPDATE Covid-19 Kulon Progo: Tambahan 33 Kasus Baru, 1 Pasien Probable Meninggal

Sebab, hampir setiap hari menjarah makanan dari pedagang maupun wisatawan yang sedang menenteng makanan. 

Para pedagang di kawasan Tlogo Putri umumnya sudah sangat hafal.

Tidak ada yang berani memajang makanan secara langsung ataupun menggantung makanan ringan (snack) didepan warung.

Lebih baik makanan diletakan di tempat aman dan selalu diawasi. Karena apabila ada salah satu monyet berhasil menjangkau makanan, maka kawanannya pasti akan langsung datang semua. 

"Seperti nyerang. Datang semua," ungkap perempuan berusia 56 tahun itu. 

Yatinem mengaku sudah berjualan di kawasan Tlogo Putri hampir 20 tahun.

Fenomena monyet ekor panjang turun dan menjarah makanan, dirasakannya baru terjadi setahun belakangan.

"Sudah setahunan. Puncaknya pas pandemi ini. Biasanya kan ada wisatawan yang suka memberi makan. Sekarang pengunjung sepi. Jadi monyet mengambil makanan di warung pedagang," terangnya. 

Padahal selama pandemi corona, penghasilan pedagang di destinasi wisata Tlogo Putri turun drastis.

Bahkan, bisa dikatakan terbatas. Hanya cukup untuk sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Apabila dagangan dijarah oleh monyet maka jelas akan merugi. 

Pedagang lain, Sutinah berharap keresahan yang dialami pedagang segera ada tindak lanjut.

Pasalnya, kehadiran primata lereng Gunung Merapi di destinasi wisata menurutnya sangat mengganggu.

Sebab sudah sering mencuri makanan. Bahkan, Ia mengaku kerap mendapati monyet masuk dan mengacak-acak sampai ke bagian dapur. 

"Saya pernah, warung ditinggal untuk Salat. Pas sudah selesai, ada monyet lari dari warung membawa camilan beserta toplesnya. Saya langsung kejar," ujar Sutinah, bercerita. 

Ketapel 

Yatinem dan Sutinah serta pedagang lainnya di Tlogo Putri memiliki cara sendiri untuk mengusir kawanan monyet ekor panjang yang datang.

Mereka memiliki senjata andalan yaitu Ketapel.

Bukan untuk menyakiti, tetapi untuk berjaga-jaga. Menurut Yatinem, monyet tersebut takut terhadap ketapel. 

Saat kera mulai turun gunung dan mendekat, pedagang langsung mengeluarkan ketapel dan meregangkan karetnya.

Sontak, monyet yang mendekat akan pergi menghindar.

"Senjatanya ya ketapel ini mas. Para pedagang di sini punya ketapel. Supaya monyet takut," tuturnya. 

Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta: Bertambah 229 Kasus, 7 Pasien Dilaporkan Meninggal Hari Ini

Terpisah, Plt Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Suci Iriani Sinuraya mengaku sudah berkoodinasi dengan Balai Taman Nasional Gunung Merapi dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam DIY terkait persoalan yang dihadapi oleh para pedagang di destinasi wisata Tlogo Putri.

Menurutnya, hasil dari koordinasi tersebut, banyak monyet turun ke kawasan wisata di daerah lereng Gunung Merapi bukan karena menipisnya sumber makanan di hutan, namun dipicu kebiasaan wisatawan yang kerap memberi makan monyet

Kebiasaan wisatawan memberi makan itu akan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku dan pola makan hewan.

Monyet liar akan masuk dalam comfort zone dan lebih memilih makanan yang diberikan oleh wisatawan dari pada susah payah mencari makanan dari dalam hutan.

Karenanya, kata dia, ke depan diperlukan edukasi terhadap pengunjung agar tidak memberi makan sembarangan pada satwa liar. 

"Kami akan memperbanyak papan informasi larangan memberi makan satwa liar, spanduk edukasi, maupun pemberitahuan kepada wisatawan. Sehingga kedepannya, monyet ekor panjang akan kembali ke habitatnya dan mencari makan di hutan," terang dia.

Selain itu, Dinas Pariwisata juga akan segera menggelar rapat dengan sejumlah pihak untuk mencari solusi jangka pendek maupun jangka menengah terhadap persoalan tersebut. (Rif)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved