Erupsi Gunung Merapi
BPPTKG: Awan Panas Guguran Gunung Merapi Akibatkan Hujan Abu Tipis di Beberapa Daerah
Dalam sepekan terakhir, tepatnya 19-25 Februari 2021, Gunung Merapi mengalami 3 kali awan panas guguran dengan estimasi jarak luncur
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dalam sepekan terakhir, tepatnya 19-25 Februari 2021, Gunung Merapi mengalami 3 kali awan panas guguran dengan estimasi jarak luncur maksimal 1.900 m ke arah barat daya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, menerangkan awan panas guguran tersebut terekam pada seismogram dengan
amplitudo maksimal 51 mm dan durasi 175 detik.
Menurut Hanik, awan panas guguran yang terjadi pada 25 Februari 2021 pukul 16.52 WIB mengakibatkan hujan abu tipis di Kali Tengah Lor, Kali Tengah Kidul, Deles, dan Tlukan.
Baca juga: Jadwal Liga Spanyol di BeIN SPORTS1, Komentar Lopetegui Jelang Laga Sevilla vs Barcelona
"Visual yang cukup jelas dari kejadian awan panas guguran teramati pada tanggal 24 Februari pukul 06.31 WIB," imbuh Hanik.
Ia mengungkapkan, cuaca di sekitar Gunung Merapi pekan ini umumnya cerah pada pagi hari, sedangkan siang hingga malam hari berkabut.
Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah. Tinggi asap maksimum 400 m teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Ngepos pada 19 Februari 2021 pukul 06.40 WIB.
Selain itu, berdasarkan analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor barat daya tanggal 25 Februari terhadap tanggal 17 Februari 2021 menunjukkan adanya perubahan morfologi area puncak karena aktivitas guguran dan pertumbuhan kubah.
"Volume kubah lava di sektor barat daya sebesar 618.700 m3 dengan laju pertumbuhan 13.600 m3 per hari," tuturnya.
Terkait aktivitas kegempaan Gunung Merapi, pekan ini tercatat 3 kali Awan Panas Guguran (AP), 14 kali gempa Fase Banyak (MP), 985 kali gempa Guguran (RF), 37 kali gempa Hembusan (DG) dan 5 kali gempa Tektonik (TT).
"Secara umum kegempaan internal pada minggu ini lebih rendah dibandingkan minggu lalu,
sedangkan gempa di permukaan seperti gempa guguran meningkat dan munculnya awan panas guguran," jelas Hanik.
Sementara itu, berdasarkan deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM dan GPS, Hanik menuturkan, pada minggu ini tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan.
Pada minggu ini, terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 15 mm/jam selama 40 menit di Pos Ngepos pada 19 Februari 2021.
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG: Potensi Cuaca Ekstrem di Sejumlah Wilayah, Yogyakarta Waspada Hujan dan Angin
"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," ungkap Hanik.
Tak lupa Hanik menyampaikan, Gunung Merapi sampai saat ini masih berstatus siaga (level III).
Potensi bahaya saat ini, kata Hanik, berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Hanik mengungkapkan, daerah di luar potensi daerah bahaya saat ini kondusif untuk beraktivitas sehari-hari. (uti)