Kisah Inspiratif
Kisah Juri Atmojo, Puluhan Tahun Setia Sebagai Tukang Reparasi Payung di Magelang
Meski berpenghasilan seadanya, hatinya teguh dan setia menunggu payung demi payung yang diantar oleh pelanggan.
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
Setiap hari dengan bermodal kereta angin tua miliknya, Juri bergegas dari kediamannya di sekitar alun-alun Kota Magelang ke kompleks Akmil tersebut untuk menunggu payung-payung rusak milik pelanggan.
Pukul 06.30 Wib pagi, kereta angin butut miliknya sudah terparkir di pinggir trotoar tempatnya biasa menjual jasa.
Di atas kereta angin yang berkeranjang itu peralatan-peralatan reparasi sederhana miliknya diletakkan.
Dia mengaku sudah bertahun-tahun mendiami lokasi itu.
Sat Pol PP setempat juga tidak melarang.
Pemerintah Kota Magelang hanya melarang kawasan itu digunakan sebagai tempat berjualan, karena merusak visual kota.
"Saya dulu keliling pakai sepeda ini. Tapi setelah semakin tua, jadi lebih baik nunggu pelanggan di sini saja," urainya.
Juri mengaku sudah 30 tahunan menggeluti profesi sebagai tukang reparasi payung.
Baca juga: Kisah Penjual Koran Difabel Pantang Menyerah Mencari Rezeki Halal untuk Keluarga
Sebelumnya, kakek empat cucu ini bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik swasta di daerah Magelang.
Setelah keluar dari pabrik, dirinya mantap memilih untuk berprofesi sebagai tukang reparasi payung.
Sebab, saat muda dulu, ia mengaku punya sedikit keahlian dalam mereparasi berbagai peralatan termasuk payung.
"Lagian kalau saya tidak kerja malu. Kalau cucu minta jajan atau pulsa itu ke saya, jadi ya mesti ada penghasilan biar bisa jajanin cucu," ungkapnya.
Juri hanya bermodal peralatan sederhana untuk mereparasi payung rusak.
Beberapa peralatan yang digunakan yakni tang pemotong, palu kecil, jarum dan benang, serta sebilah pisau dapur.
"Yang rusak total saya juga bisa perbaiki sampai benar dan bisa digunakan lagi," jelasnya.