Apa Itu Vaksin Nusantara? Berikut Penjelasan Metode dan Cara Kerjanya untuk Covid-19

Vaksin Nusantara ini pengembangannya dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Diponegoro (Undip) dan RSUP Kariadi Semarang.

Editor: Muhammad Fatoni
IST
Ilustrasi vaksin covid 19 

TRIBUNJOGJA.COM - Mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto, memprakarsai pembuatan vaksin Nusantara, yang disebut sebagai alternatif untuk menangani Covid-19.

Vaksin Nusantara ini pengembangannya dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Diponegoro (Undip) dan RSUP Kariadi Semarang.

Selain itu, pengembangan vaksin Nusantara juga bekerja sama dengan AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat dalam hal penyediaan reagen.

Lalu seperti apa sebenarnya Vaksin Nusantara ini?

Pengembangan Vaksin Nusantara dengan metode sel dendritik autolog atau komponen sel darah putih disebut menjadi yang pertama kali di dunia untuk Covid-19.

Dosen dan peneliti Vaksin Nusantara, Dr Yetty Movieta Nency, mengatakan sebenarnya metode sel dendritik autolog ini bukan merupakan hal yang baru.

Baca juga: Vaksin Covid-19 AstraZeneca Segera Masuk ke Indonesia, BPOM Siap Keluarkan Izin Penggunaan Darurat

Baca juga: Capaian Vaksinasi SDMK di DI Yogyakarta Sentuh 90 Persen

Sebab, di luar negeri metode ini telah digunakan untuk pengobatan penyakit melanoma atau kanker kulit.

"Sel dendritik sudah lama dipakai. Di luar negeri untuk vaksin penyakit lain, bukan hal baru. Tapi karena ada Covid ini kita adopt. Di luar negeri untuk penyakit melanoma dan imun lainnya. Dengan sel dentritik hasilnya bagus. Di Indonesia ini baru pertama kita kenalkan. Kalau untuk Covid-19 bisa dibilang pertama kali di dunia," kata Yetty di RSUP Kariadi Semarang, Kamis (18/2/2021).

Ia menjelaskan penelitian Vaksin Nusantara menggunakan metode sel dendritik autolog ini bersifat personal.

"Sel dendritik autolog merupakan komponen dari sel darah putih yang dimiliki setiap orang lalu dipaparkan dengan rekombinan antigen protein S dari SARS-COV-2," katanya.

Dosen dan tim peneliti, Dr. Yetty Movieta Nency SPAK saat ditemui di RSUP Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021).
Dosen dan tim peneliti, Dr. Yetty Movieta Nency SPAK saat ditemui di RSUP Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021). (KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA)

Cara Kerja Vaksin

Proses pengambilan sampel dendritik hingga menjadi vaksin memakan waktu inkubasi sekitar seminggu.

Kemudian, sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali.

"Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2," ucapnya.

Kelebihan dari vaksin Nusantara ini selain dinilai aman dan halal juga bersifat personal.

"Aman karena memakai darah pasien sendiri dan memicu tubuh sendiri untuk menimbulkan kekebalan. Jadi Insya Allah halal karena tidak mengandung komponen lain seperti benda-benda atau binatang," ujarnya.

Ruang instalasi laboratorium RSUP Kariadi Semarang.
Ruang instalasi laboratorium RSUP Kariadi Semarang. (KOMPAS.com/RISKA FARASONALIA)

Ia mengungkapkan vaksin Nusantara bisa menjadi alternatif bagi pasien yang tidak masuk kriteria vaksinasi selama ini.

"Salah satu alternatif untuk orang-orang yang tidak bisa masuk kriteria vaksin karena banyak dengan penyakit berat. Misalnya kanker, dengan dendritik dimungkinkan bisa vaksin," lanjutnya.

"Harganya juga murah diperkirakan sekitar 10 USD atau di bawah Rp200.000 setara dengan harga vaksin-vaksin lainnya," ucapnya.

Uji Klinis

Saat ini, penelitian vaksin buatan anak negeri ini telah memasuki uji klinis fase II yakni tahapan keamanan dan efektifitas yang bakal dilakukan kepada sebanyak 180 relawan.

Proses persiapan uji klinis fase II dan rekruitmen relawan sedang dilakukan sembari menunggu izin penelitian dari BPOM turun.

"Setiap fase penelitian harus mendapatkan izin dulu dari BPOM. Ini sedang persiapan untuk rekruitmen relawan, screeningnya ketat syaratnya dalam kondisi sehat tidak ada riwayat penyakit berat. Sama dengan vaksin lainnya," ujarnya.

Ke depannya, diharapkan pengerjaan Vaksin Nusantara bisa diproduksi di semua fasilitas kesehatan secara massal.

"Diproduksi massal itu kit dan metodenya kita sosialisasikan ke beberapa institusi yang bisa mengerjakan serupa. Karena bersifat personal jadi kita ambil kita buat sesuai persyaratan yang ditentukan," katanya.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Tahap Kedua di DI Yogyakarta Juga Akan Menyasar Pelaku Usaha di Malioboro

Baca juga: UPDATE Peta Sebaran Kasus Baru Covid-19 di Indonesia Jumat 19 Februari 2021, Jabar Kasus Tertinggi

"Targetnya produksi massal sekitar jutaan dosis, sebanyak-banyaknya. Tapi yang penting lolos uji dulu. Untuk itu, mohon support dan doanya," tambahnya.

Menurutnya, bahan baku pengolahan Vaksin Nusantara cukup mudah dan bisa dikirim ke beberapa fasilitas kesehatan.

"Kita harapkan metode ini bisa di-share ke beberapa tempat di Indonesia supaya bisa dibuat juga," ungkapnya.

ilustrasi
ilustrasi (thefederal.com)

Tanggapan Kemenkes

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmidzi, mengatakan Vaksin Nusantara yang saat ini dikembangkan tim peneliti di Semarang masih berada dalam tahap penelitian.

Meski demikian, Kemenkes menyatakan mendukung pengembangan vaksin ini.

"Kemenkes mendukung pengembangan terapi (Vaksin Nusantara) ini ya. Karena ini masih area penelitian," ujar Nadia ketika dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (19/2/2021).

"Masih mau masuk uji klinis. Jadi masih penelitian," kata dia.

( tribun jogja/ kompas.com )

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved