Bisnis Indekos di Daerah Istimewa Yogyakarta Terdampak Pandemi, Inilah yang Terjadi

Begitu pula dengan dunia indekos di DIY. Banyak pengusaha indekos yang memilih untuk menjual propertinya daripada harus menanggung rugi.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Iwan Al Khasni
DOk Tribunjogja.com
Ilustrasi Kost di Daerah Istimewa Yogyakarta 

Hampir setahun pandemi virus corona menerpa Indonesia. Berbagai lini bisnis terdampak. Begitu pula dengan dunia indekos di DIY. Banyak pengusaha indekos yang memilih untuk menjual propertinya daripada harus menanggung rugi.

Tribunjogja.com | Ardhike Indah

Ilustrasi indekos
Ilustrasi indekos (istimewa)

Pantauan Tribun Jogja, di sejumlah media sosial maupun marketplace, ada banyak pemilik yang menjual bangunan indekos di DIY dengan harga cukup miring.

“Memang alasan kami untuk menjual properti indekos ini juga karena pandemi virus corona,” ungkap Andri Febri Prasetyo kepada Tribun Jogja, Senin (15/2/2021).

Andri merupakan saudara pemilik indekos yang terletak di daerah Caturtunggal, Sleman, tak seberapa jauh dari Plaza Ambarrukmo. Ia diberi mandat untuk ikut menjualkan indekos tersebut.

Selama ini, lokasi tersebut merupakan salah satu tempat premium untuk berbisnis, mengingat banyaknya mahasiswa yang mencari hunian selama studi di Yogyakarta.

Namun, karena pandemi Covid-19, hampir semua mahasiswa memilih untuk kembali ke kampung halaman masing-masing dan mengikuti kuliah secara daring.

Sehingga, mereka tak harus berada di DIY dan bisa mengikuti pelajaran dari rumah.

“Jujur, ini jadi tombok banyak. Kami hitung, 26 kamar indekos yang kami miliki itu hanya berisi 4 kamar saja. Itu pun mereka yang magang, sehingga tidak menetap lama, paling hanya 1-3 bulan saja,” ungkap Andri yang juga agen properti independen itu.

Satu bulan, harga satu kamar indekosnya berkisar Rp600-750 ribu. Jika satu bulan hanya diisi oleh empat orang, maka pendapatan per bulan belum bisa menutup biaya listrik 1.300 watt, air, dan penjaga indekos.

“Ada juga yang hanya titip barang di kos. Kami kenakan Rp200 ribu per bulan. Mereka berharap bisa kuliah lagi di sini. Ada juga yang menaruh barang di kamar temannya, jadi bayar bulanannya barengan sama teman,” paparnya lagi.

Andri menjelaskan, pihaknya masih memikirkan kondisi keuangan anak kos. Akan tetapi, harus tetap ada usaha lain yang ditempuh agar uang tetap berputar di masa pandemi virus corona.

“Setahun ini jadi terasa tidak ada pemasukan, makanya kami jual. Sudah kurang menguntungkan. Jual ini pun di bawah harga pasaran,” ucap Andri.

Indekos tersebut, selain memiliki 26 kamar, juga memiliki rumah induk yang cukup luas. Rumah induk memiliki 3 kamar, 2 kamar mandi, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan dapur.

Sementara, bangunan indekosnya memiliki 8 kamar mandi, dapur bersama, ruang tamu, dilengkapi parkir mobil dan motor yang cukup luas. Luas tanah mencapai 850 meter persegi dengan lebar depan 18 meter dan dua muka atau hook.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved