Pak Manteb Ungkap Kenangan Tiga Hari Sebelum Ki Seno Nugroho Wafat
Ki Manteb Sudarsono saat membawakan Goro-Goro pada 100 hari peringatan wafatnya Ki Seno Nugroho,
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Bagi mereka, Ki Seno adalah kemudi untuk para awak kabin.
“Ibaratnya, kami ini mobil. Mau berhenti atau ganti supir? Ya, bagaimanapun agar tetap bisa jalan harus ganti kemudi kan,” tambah Gunawan lagi.
Kemudi tersebut memang diganti. Paguyuban Wargo Laras tetap berjalan sebagaimana mestinya untuk menyambung hidup dan melanjutkan warisan Ki Seno Nugroho.
Mulai tahun 2021 ini, mereka sudah mementaskan lagi wayang climen yang biasa dibawakan Ki Seno.
Selain bisa melestarikan budaya, wayang climen juga metode yang tepat dilakukan di tengah pandemi virus corona.
Wayang Climen bukanlah jenis wayang seperti wayang kulit, wayang golek atau wayang orang.
Namun, itu adalah pertunjukan wayang kulit yang didesain dengan sangat simple, minimalis dan sederhana.
“Dari situ, kami juga mendapat pemasukan lagi,” tuturnya.
Mulai pertengahan hingga akhir Februari 2021, Paguyuban Wargo Laras sudah penuh jadwal pertunjukan via daring.
Memang, kini satu-satunya jalan untuk tetap berkarya adalah memanfaatkan teknologi YouTube dan media sosial lain.
Mereka tetap bersama untuk melanjutkan karya sembari menggembleng Ki Gadhing Pawukir dan Ki Gadhang Prasetyo untuk jadi penerus Ki Seno Nugroho.
“Sejak dulu, Pak Seno selalu meminta kami berkarya. Siapapun yang punya dasar mendalang ya berkarya. Ada Ki Geter, Ki Sigit, Ki Haryo dan masih banyak. Jadi kami akan tetap berkarya,” tandas Gunawan. ( Tribunjogja.com | Ard | Tsf | Tro )