Metode Swab Anal untuk Deteksi Covid-19, Begini Penjelasan dan Cara Kerjanya

Swab anal sendiri adalah tes dengan cara mengambil sampel dari anus seseorang, untuk mendeteksi adanya jejak aktif virus corona.

Editor: Muhammad Fatoni
SHUTTERSTOCK/PETERSCHREIBER MEDIA
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Swab anal atau anal swab test mulai dicoba diterapkan di China untuk mendeteksi virus corona.

Metode ini merupakan cara baru yang diterapkan di China untuk mendeteksi virus corona.

Swab anal sendiri adalah tes dengan cara mengambil sampel dari anus seseorang, untuk mendeteksi adanya jejak aktif virus corona.

Melansir India Today, Kamis (28/1/2021), tes swab anal untuk mendeteksi Covid-19 telah mulai dilakukan kepada warga negara China yang tinggal di Beijing.

Selain itu, kepada mereka yang tengah menjalani masa karantina di fasilitas pemerintah.

Bagaimana cara tes swab anal ini?

Baca juga: Pemda DI Yogyakarta Perlu Fasilitasi SDM untuk Tanggulangi Pandemi COVID-19

Baca juga: Perjalanan Tahap Pertama Vaksinasi di DI Yogyakarta, Menuju Lebih 70 Persen Vaksinasi COVID-19

Berdasarkan informasi dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) China, tes tersebut dilakukan dengan cara memasukkan kapas yang direndam air garam sekitar tiga sampai lima sentimeter ke dalam anus untuk mengambil sampel kotoran.

Sampel kotoran tersebut kemudian diuji untuk menemukan adanya jejak aktif dari virus corona SARS-CoV-2.

Metode tersebut diklaim memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dibanding swab test pada hidung atau tenggorokan.

Akan tetapi, beberapa orang yang telah mengikuti tes tersebut mengaku merasa tidak nyaman dengan metode tes swab anal tersebut.

Virus bertahan hidup lebih lama pada kotoran

Melansir Global Times, Sabtu (23/1/2021), Li Tongzeng, Wakil Direktur Divisi Penyakit Menular di Rumah Sakit You'an Beijing, mengatakan, penelitian telah menunjukkan bahwa virus corona bertahan lebih lama di dalam anus atau kotoran dibanding pada sampel yang diambil dari saluran napas bagian atas.

Selain itu, untuk beberapa kasus tanpa gejala, virus diketahui bertahan hidup di tenggorokan pasien hanya selama tiga hingga lima hari, sehingga memungkinkan beberapa tes memberikan hasil negatif palsu (false negative).

Varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris memiliki mutasi pada bagian receptor-binding domain, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh manusia.
Varian baru virus corona yang ditemukan di Inggris memiliki mutasi pada bagian receptor-binding domain, yang digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh manusia. (GETTY IMAGES via BBC INDONESIA)

Dalam wawancara dengan China Central Television, Li menyebutkan, mengambil sampel dengan metode anal swab dapat meningkatkan akurasi pendeteksian Covid-19 pada kelompok-kelompok prioritas.

Akan tetapi, mengingat metode ini tidak senyaman usap tenggorokan, metode ini hanya akan diterapkan pada individu yang berada di pusat karantina, dan kota-kota tertentu yang diketahui memiliki risiko tinggi penularan.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved