Yogyakarta

Begini Pendapat Pakar Epidemiologi Soal 6 Warga Bantul yang Terpapar Covid-19 untuk Kedua Kalinya

Begini Pendapat Pakar Epidemiologi Soal 6 Warga Bantul yang Terpapar Covid-19 untuk Kedua Kalinya

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Hari Susmayanti
tangkapan layar Webinar 'Refleksi Pencegahan dan Pengendalian Covid: Apa yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi pandemi di 2021?' yang diselenggarakan Program Magister IKM FKKMK UGM, Selasa (22/12/2020).
dr Riris Andono Ahmad dalam Webinar 'Refleksi Pencegahan dan Pengendalian Covid: Apa yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi pandemi di 2021?' yang diselenggarakan Program Magister IKM FKKMK UGM, Selasa (22/12/2020). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sebanyak 6 warga Banguntapan, Bantul mengalami infeksi Covid-19 untuk kedua kalinya, satu di antaranya berprofesi sebagai dokter. 

Hal itu disampaikan oleh Panewu Banguntapan, Fauzan Muarifin dalam webinar Sonjo Angkringan #41: Gotong Royong Isoman Berbasis Komunitas di kanal YouTube Sonjo Jogja, Minggu (24/1/2021) malam.

"Hari ini kasus di Banguntapan merupakan yang tertinggi di Kabupaten Bantul untuk tingkat kecamatan. Pengalaman yang kami hadapi cukup banyak dan cukup mengharu-biru dari tingkat Satgas Kapanewon sampai level bawah," ujarnya. 

 "Ada beberapa data yang kami harus perhatikan betul. Di antara sekian ratus kasus positif di Banguntapan itu, 6 orang di antaranya terpapar untuk kedua kalinya, salah satunya seorang dokter," sambungnya.

Menanggapi hal ini, Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, dr Riris Andono Ahmad turut memberikan komentar. 

Menurut Riris, belum ada bukti ilmiah kuat yang mampu menjelaskan probabilitas seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19 bisa mengalami reinfeksi.

Namun, beberapa laporan kasus reinfeksi pasien Covid-19 memang sudah banyak terjadi. 

"Belum ada evidence yang ini ya, baru ada case report, tetapi seberapa besar kasusnya secara general, berapa besar probabilitasnya sampai sekarang saya belum menemukan studi yang merujuk pada itu. Mungkin saya saja yang belum menemukan," katanya saat dihubungi Tribunjogja.com, Senin (25/1/2021). 

Baca juga: Sebanyak 6 Warga Banguntapan Terpapar COVID-19 untuk Kedua Kalinya, 1 di Antaranya Dokter

Baca juga: Hari Ini Bertambah 310 Kasus, Total COVID-19 di DIY jadi 19.729 Orang

Ditanya terkait adanya imunitas alami pada tubuh seseorang yang pernah terinfeksi Covid-19, Riris membenarkan hal itu. 

Menurutnya, di dalam tubuh seseorang yang pernah terinfeksi suatu penyakit terdapat sel memori yang akan membuat respons tubuh bekerja lebih cepat jika terjadi infeksi baru. 

"Ya betul punya imunitas. Ini kan kita bicara secara teoretis sesuatu yang plausible, kadang penyakit baru itu memiliki perilaku yang berbeda.

Kadang orang yang sudah terkena penyakit itu umumnya sudah punya kekebalan, kalau pun kekebalan menurun tapi dia masih punya sel memori. Itu yang lebih cepat merespons ketika terjadi infeksi baru dan mengakibatkan infeksinya tidak lebih berat dibandingkan sebelumnya," papar Riris. 

Kendati demikian, lanjutnya, kemungkinan yang dapat terjadi tidak selalu seperti itu. 

Riris memberikan ilustrasi, pada kasus demam berdarah dengue, ketika infeksi virus berikutnya memiliki serotipe yang berbeda, justru kasus berikutnya bisa lebih parah.

"Mungkin biasa dikenal dengan ADE (antibody dependent enhancement/peningkatan yang bergantung antibodi)," imbuhnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved