Yogyakarta

Agan Harahap Ungkap Beban Moral di Balik Project 'Our Family Portraits'

Selain menghadirkan jejak interaksi dengan beberapa subjek yang menggunakan jasanya, Agan juga membuka kembali kesempatan tersebut selama pameran.

Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Hanif Suryo
Pameran bertajuk Pause Rewind Forward (PRF) #2 

TRIBUNJOGJA.COM - Agan Harahap dikenal sebagai seniman fotografi dengan 'keusilan' dalam bervisual.

Namun di project terbarunya bertajuk 'Our Family Portraits', Agan Harahap akui menanggung beban moral kepada responden-respondennya untuk 'bisa mempersatukan lagi' mereka dengan kerabat terkasih dalam sebuah foto keluarga.

Dimulai pada masa pandemi tahun 2020 lalu, melalui akun Instagramnya, Agan Harahap membuka kesempatan dan mengundang follower nya untuk menggunakan jasanya dalam berbagai layanan; memperbaiki foto yang sudah rusak, menggabungkan potret-potret anggota keluarga yang terpisah ke dalam satu bingkai, dan berbagai kemungkinan lain dalam olah imaji digital.

Di dalam pameran bertajuk Pause Rewind Forward (PRF) #2, project yang berjudul Our Family Portrait (2020), selain menghadirkan jejak interaksi Agan dengan beberapa subjek yang menggunakan jasanya, Agan juga membuka kembali kesempatan tersebut selama pameran.

Baca juga: Mau Lihat Pameran Sang Adiwira di Keraton Yogyakarta dari Rumah, Ini Caranya

"Jadi awal mulanya itu menjelang Ramadan tahun 2020 lalu. Kan biasanya orang-orang mudik untuk berjumpa dengan keluarga dan sebagainya, tahun ini tidak bisa karena pandemi dan kebijakan pembatasan. Kemudian aku berpikir, keluarga ini kan yang paling dekat," terang Agan Harahap kepada Tribun Jogja.

"Tapi kan ada juga teman-teman yang keluarganya tidak utuh lagi, misal papah dan mamahnya sudah tidak ada atau sudah berpisah. Mungkin di saat Ramadan pasti mereka mellow gitu kan, pastinya teringatlah," lanjutnya.

"Dalam serial ini saya menerima jasa edit foto berbayar untuk mengedit foto- foto keluarga yang karena satu dan lain hal tidak bisa mempunyai kesempatan untuk berfoto bersama orang- orang terkasihnya," tambah Agan.

Dalam project Our Family Portraits ini, ada berbagai narasi yang dibagikan oleh responden.

"Jadi storynya ada bermacam, ada yang istrinya meninggal setelah proses melahirkan. Anaknya sudah lahir, tapi mamanya sudah nggak ada. Tapi bagaimana caranya mereka agar punya sebuah foto keluarga yang 'utuh'," terang Agan.

"Atau yang orangtuanya lama bercerai, tapi ingin dipersatukan dalam satu frame foto keluarga yang lengkap,"

"Ada pula suami-istri selama hidup berpasangan tidak punya foto barengan, tapi setelah satu di antaranya meninggal, ingin punya foto bersama. Nah sehingga itu saya persatukan melalui Photoshop," ujarnya.

Adapun para responden yang ambil bagian dalam project ini tetap harus membayar.

Hanya saja, Agan membebaskan responden untuk menentukan jumlah yang akan dibayarkan.

Baca juga: Bermodal Tisu, Karya Gambar Perupa Wanita Asal Gunungkidul Ini Tembus Pameran Nasional

"Orang-orang itu harus tetap bayar, tapi jumlahnya itu terserah mereka,mereka yang menentukan sendiri. Seberapa penting foto ini buat mereka, jadi mereka menghargai itu. Rangenya macam-macam, dari mulai Rp 100 ribu sampai Rp 6 juta. Hasil dari submission Our Family Portraits saya percayakan kepada @dapuraksiberbagi untuk mendistribusikannya kepada orang-orang yang layak menerimanya," jelasnya.

"Aku pikir digitalphotography memang sesekali harus balikkan fungsinya buat masyarakat, nge-share pengetahuan melalui cara yang baru kali ini saya lakukan," tambah Agan yang biasa dikenal melalui karya-karya usilnya.

Disinggung soal kesulitan yang ia hadapi saat merekayasa foto dalam project ini, Agan mengaku hal tersebut lebih pada sisi teknis.

Sebab, beberapa foto yang dikirim responden terkadang memiliki angle serta pencahayaan yang berbeda-beda.

"Misal ada yang ingin punya foto dengan anaknya. Nah anaknya pose berdiri, tapi foto lainnya dalam pose sedang duduk dengan angle berbeda dan lighting berbeda, menurut saya ini susah. Atau misal 14 anggota keluarga dalam satu frame, sedangkan fotonya sendiri-sendiri. Bisa sih bisa, tapi akan makan waktu," terang Agan.

Kemudian kendala lain yang dihadapi di salah satu karya yang ia buat dalam project ini ialah merekonstruksi foto mendiang ibunda penyair Saut Situmorang yang kondisinya rusak berat.

"Jadi foto itu merupakan satu-satunya kenangan penyair Saut Situmorang dengan mamaknya. Fotonya kondisinya rusak berat, terus aku rekayasa sedemikian rupa agar dapat semirip aslinya," ujar Agan.

"Kertas foto jaman dulu kan berbeda dengan sekarang, dulu ada lapisan foto, sedangkan lapisan foto itu sudah berjamur atau terkelupas. Jadi ada beberapa bagian detail yang agak susah sehingga ada beberapa pengulangan," lanjutnya.

"Selain itu sama sekali nggak ada kesulitan. Tapi itu jadi beban moral juga bagaimana aku harus totalitas skill yang paling mentok buat responden-respondenku ini," tambahnya.

Baca juga: ARCHA Project Gelar Pameran Trending Topik, Hasil Penjualan Lukisan Untuk Komunitas Tuli

Masih Buka Kesempatan di Our Family Portraits Kedua

Selama pameran bertajuk Pause Rewind Forward (PRF) #2 berlangsung dari tanggal 18-31 Januari 2021, Agan Harahap kembali membuka kesempatan bagi siapa saja yang hendak berpartisipasi dalam project 'Our Family Portraits' 2.

"Caranya sangat mudah, tinggal kirimkan materi-materi fotonya dan sedikit tulisan kenapa foto2 tersebut harus saya edit ke email: ourfamilyportraits.2020@gmail.com," ujar Agan.

"Sudah ada beberapa yang masuk, tapi masih aku pilah pilih karena proses pengerjaannya pun lumayan susah," lanjutnya.

"Hasil dari projek Our Family Portraits 2 kali ini, akan saya percayakan pada @kinikoart dalam pengelolaannya dan pendistribusiannya kepada orang-orang lain yang membutuhkan," pungkasnya. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved