Profil Prof Kuwat Triyana, Inventor Sekaligus Sosok di Balik Alat GeNose C19 Buatan UGM Yogyakarta

Prof Kuwat menekuni kajian fisika material dan instrumentasi sejak 2008 dan telah menghasilkan berbagai produk inovasi.

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
dok.istimewa
Prof Kuwat Triyana saat memperagakan Lidah elektronik (electronic tongue) atau ELTO 

TRIBUNJOGJAWIKI.COM, YOGYA - Keberhasilan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mengembangkam alat pendeteksi Covid-19 melalui embusan nafas, GeNose C19, tak lepas dari peran serta dari pencetusnya yakni Prof Drs Kuwat Triyana, M.Si., Ph.D.

Dilansir dari laman resmi UGM, Kuwat merupakan dosen pada Departemen Fisika FMIPA UGM sekaligus peneliti di Institute of Halal Industry and System (IHIS) UGM. 

Ia menekuni kajian fisika material dan instrumentasi sejak 2008 dan telah menghasilkan berbagai produk inovasi.

Dan di masa pandemi Covid-19 ini, ia mengembangkan GeNose C19, yang merupakan alat deteksi Covid-19 lewat embusan napas dengan kemampuan mendeteksi Covid-19 dalam tubuh manusia dalam waktu cepat kurang dari dua menit.

Pada akhir tahun kemarin, Kuwat Triyana berhasil menerima penghargaan Anugerah UGM 2020 atas jasanya di bidang kebudayaan, kebangsaan, kenegarawanan, kemanusiaan, dan atau kemasyarakatan dalam praktik intelektual dan atau sosial.

Selain GeNose C19, Kuwat juga telah banyak menciptakan produk lain seperti masker anti polusi asap dan bakteri berbahan nanofiber.

Produk inovasinya yang lain seperti hidung elektronik untuk deteksi cepat kontaminasi zat berbahaya dalam makanan, kadaluwarsa produk makanan, serta kehalalan produk.

Ada juga lidah elektronik untuk otentikasi halal, deteksi keaslian dan kualitas produk secara cepat, akurat, dan portabel.

Lidah elektronik (electronic tongue) atau ELTO ini bisa digunakan sebagai metode untuk membuktikan keaslian produk-produk makanan, seperti kopi luwak dan zam-zam, deteksi kontaminasi produk dan kehalalannya, deteksi cepat narkotika dan lainnya.

Bekerja layaknya lidah, elto bisa menganalisis berbagai macam rasa, seperti pahit, asin, asam, manis, dan gurih atau umami.

Elto dibuat dengan komponen utama berupa larik sensor rasa sebagai elektroda kerja, elektroda referensi, sistem akusisi data, dan sistem kecerdasan buatan (AI) yang  dihubungkan ke komputer atau ponsel cerdas Android secara nirkabel.

Alat ini diklaim sebagai lidah elektronik terkecil yang ada hingga saat ini.

Untuk mendukung portabilitas, alat ini menggunakan sumber energi berupa satu baterai lithium 3.500 mAH yang bisa bertahan hingga 14 jam untuk penggunaan secara kontinu. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved