Pesawat Sriwijaya Air Hilang Kontak

Titik Diduga Lokasi Black Box Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang Jatuh Ditemukan Tim Gabungan

Hadi mengatakan, tim gabungan pencarian telah menandai lokasi yang diduga kuat merupakan black box milik pesawat rute Jakarta-Pontianak itu.

Editor: Rina Eviana
DOK. BASARNAS
Serpihan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dan beberapa potongan tubuh kembali tiba di Posko SAR Terpadu Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 Tanjung Priok, Minggu (10/1/2021) siang. 

20 detik terakhir

Hingga tulisan ini tayang, dalam semua konferensi pers yang telah digelar tak muncul adanya komunikasi dari pilot ke menara kendali penerbangan (ATC) di Bandara Soekarno Hatta terkait penurunan ketinggian terbang di detik-detik terakhir sebelum hilang dari radar.

Yayan menyebut data ketinggian dan kecepatan pesawat Sriwijaya Air berkode penerbangan SJY 182 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021) pukul 14.40 WIB ini cukup janggal.

"Perhatikan di 20 detik terakhir," ujar Yayan yang sudah mencermati teknis penerbangan selama beberapa dekade ini.

Penurunan ketinggian dan kecepatan pesawat hingga hilang kontak sempat melalui fase landai. Lalu, lanjut Yayan, tiba-tiba kecepatan melonjak tinggi saat ketinggian makin rendah.

"Ini langka dan perlu didalami," kata Yayan.

Bila dirinci, dari data di atas yang telah disederhanakan dengan hanya memuat ketinggian dan kecepatan, "keanehan" perilaku pesawat tampak selepas pukul 14:40:05 WIB.

"Ini data bicara sampai satuan detik ya," tegas Yayan.

Pada waktu itu, ketinggian pesawat adalah 10.900 feet, dengan kecepatan 287 knot. Ketinggian dan kecepatan ini sudah dicapai tiga detik sebelumnya.

Buat catatan, karena ada penyebutan satuan berbeda, satu meter setara sekitar tiga feet, sementara satu knot setara dengan sekitar 1,85 kilometer (km) per jam.

Lalu, pada pukul 14:40:09, ketinggian turun ke 10.725 feet tetapi kecepatan masih sama. Penurunan ketinggian berlanjut ke posisi 8.950 feet dan kecepatan mulai turun ke 224 knot, lalu turun lagi ke 8.125 feet dan kecepatan 192 knot.

"Sampai di sini, data masih bisa dibilang bagus," kata Yayan.

Namun, lanjut dia, bagus di sini adalah dalam hal kepatuhan pada regulasi dan pengaturan komposisi antara ketinggian dan kecepatan.

Penurunan ketinggian dan kecepatan pesawat hingga hilang kontak sempat melalui fase landai. Lalu, lanjut Yayan, tiba-tiba kecepatan melonjak tinggi saat ketinggian makin rendah.

"Ini langka dan perlu didalami," kata Yayan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved