Trump Keluarkan Pernyataan Membahayakan! Facebook, YouTube dan Twitter Bertindak

Facebook dan YouTube menghapus video pernyataan Donald Trump, sementara Twitter mengunci sementara akun milik Donald Trump

Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Mona Kriesdinar
MANDEL NGAN / AFP
Presiden AS Donald Trump berbicara pada malam pemilihan di Ruang Timur Gedung Putih di Washington, DC, pada awal 4 November 2020. 

TRIBUNJOGJA.COM - Situs jejaring sosial Facebook menghapus video Presiden AS Donald Trump. Tak hanya Facebook, YouTube pun melakukan hal yang sama. Twitter pun menghapus kiriman tweet itu dan memberikan peringatan akan adanya penguncian akun Donald Trump jika terus melakukan pelanggaran aturan.

Kebijakan itu diambil menyusul adanya kerusuhan di Gedung Capitol pada Rabu (6/1/2021) waktu setempat.

Presiden AS terpilih Joe Biden mendesak Trump untuk memberikan keterangan dan meminta para pendukungnya segera pulang untuk meredakan situasi.

Massa pendukung Donald Trump menguasai Gedung Capitol untuk menggagalkan kemenangan Joe Biden, Rabu (6/1/2021)
Massa pendukung Donald Trump menguasai Gedung Capitol untuk menggagalkan kemenangan Joe Biden, Rabu (6/1/2021) (Strait Times)

Baca juga: Rusuh Pendukung Trump di Capitol, Biden : Ini Bukan Protes, Ini Pemberontakan!

Presiden AS Donald Trump pun menjawabnya melalui unggahan sebuah video.

Alih-alih meredakan situasi, pernyataan Trump justru dianggap membahayakan karena bisa memperuncing konflik.

Masalahnya, selain meminta pendukungnya untuk segera pulang, Trump memulai pernyataannya dengan klaim kemenangan dan tuduhan bahwa Pemilu AS telah dilakukan dengan cara yang curang.

Joe Biden dan Kamala Harris
Joe Biden dan Kamala Harris (Brian Cahn/ZUMA Wire)

"Kita telah mengalami pemilu yang curang, ini merupakan kemerosotan dan semua orang tahu ini, terutama mereka yang berada di pihak lain. Tapi kamu semua harus pulang sekarang. Kita harus menciptakan kedamaian, dan harus menegakan hukum," demikian bunyi pernyataan Trump.

Baca juga: Massa Pendukung Trump Rusuh di Gedung Capitol, Garda Nasional AS Diaktifkan

Hal ini menurut Facebook, YouTube dan Twitter dianggap sebagai klaim yang salah. Sehingga mereka pun melakukan langkah tegas dengan membatasi penyebaran video tersebut.

Twitter batasi tweet Donald Trump

ilustrasi
ilustrasi (anchormedia.com)

Twitter membatasi pengguna untuk me-retweet video itu "karena risiko kekerasan," karena ratusan pengunjuk rasa berusaha memaksa Kongres untuk membatalkan kekalahan pemilihan presiden dari Presiden terpilih dari Partai Demokrat Joe Biden.

Twitter membatasi tweet berikutnya dari Trump yang lagi-lagi secara keliru menuduh dia telah memenangkan pemilihan.

Pada Rabu malam, Twitter mengunci akun presiden selama 12 jam karena "pelanggaran berulang dan berat" terhadap aturan integritas sipil platform media sosial dan mengancam penangguhan permanen.

Wakil Presiden Integritas Facebook Guy Rosen tweeted bahwa mereka percaya bahwa video itu justru bertribusi memancing konflik daripada mengurangi risiko kekerasan yang sedang berlangsung.

Mereka mengatakan langkah itu adalah bagian dari "tindakan darurat yang sesuai."

YouTube Hapus Video Trump

Ilustrasi aplikasi YouTube
Ilustrasi aplikasi YouTube (Ist)

YouTube milik Google pun menghapus video pernyataan Trump tersebut.

Mereka mengatakan video itu melanggar kebijakannya terhadap konten yang menuduh "penipuan atau kesalahan yang meluas mengubah hasil Pemilu AS 2020".

Juru bicara YouTube Farshad Shadloo menambahkan bahwa perusahaan mengizinkan salinan yang menyertakan konteks tambahan.

Perusahaan media sosial berada di bawah tekanan karena dinilai ikut serta memberikan informasi yang salah di platform mereka selama pemilu.

Trump dan sekutunya terus menyebarkan klaim penipuan pemilu yang tidak berdasar yang telah menyebar secara online.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, Anti-Defamation League menyerukan perusahaan media sosial untuk menangguhkan akun Trump, mengatakan kejadian di Capitol diakibatkan dari "ketakutan dan disinformasi yang telah dimuntahkan langsung dari Oval Office"

Mantan kepala keamanan Facebook Alex Stamos tweeted: "Twitter dan Facebook harus menghentikannya. Tidak ada ekuitas yang sah yang tersisa dan pelabelan tidak akan ada gunanya"

Seorang juru bicara Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Menurut para peneliti dan postingan publik, retorika kekerasan dan saran tentang persenjataan meningkat secara signifikan dalam tiga minggu terakhir di banyak platform media sosial karena beberapa kelompok merencanakan aksi unjuk rasa untuk hari Rabu, termasuk pendukung Trump, nasionalis kulit putih dan penggemar teori konspirasi luas QAnon. (*/VoA)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved