Gunung Merapi Keluarkan 4 Kali Awan Panas hingga Kamis Sore, Ini Imbauan BPPTKG Yogyakarta

Berdasarkan pemantauan yang dilakukan BPPTKG Yogyakarta, hingga Kamis pukul 18.00 WIB petang ini sudah terjadi 4 kali awan panas guguran.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Dok BPPTKG
Awan panas guguran Gunung Merapi yang terjadi Kamis (7/1/2021) pukul 12.50 WIB. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA -  Gunung Merapi tercatat mengeluarkan empat kali awan panas hingga Kamis (7/1/2021) sore ini.

Berdasarkan laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, hingga pukul 18.00 WIB sudah terjadi 4 kali awan panas guguran.

Rinciannya adalah guguran awan panas pertama Gunung Merapi hari ini terjadi pukul 08.02 WIB, lalu disusul pada pukul 12.50 WIB, 13.15 WIB, dan 14.02 WIB.

Adapun jarak luncur awan panas maksimal 400 meter. Arah luncuran ke Kali Krasak, tinggi kolom 200 meter.

Amplitudo awan panas guguran terpantau antara 10-28 mm dan durasi 93-154 detik. 

Baca juga: Update Terbaru Gunung Merapi, Awan Panas Kembali Meluncur ke Arah Kali Krasak

Baca juga: BREAKING NEWS : Terjadi Awan Panas Guguran Pertama 2021 Gunung Merapi, Tinggi Kolom 200 Meter

Selain itu, pada periode Kamis (7/1/2021) pukul 12.00-18.00 WIB, kegempaan yang terjadi pada Gunung Merapi di antaranya 46 gempa guguran, 39 gempa hembusan, 93 gempa hybrid/fase banyak, dan 11 gempa vulkanik dangkal. 

Cuaca Gunung Merapi pada periode tersebut berawan, mendung, dan hujan.

Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat daya. 

Suhu udara 15-26 °C, kelembaban udara 70-95 persen, dan tekanan udara 565-685 mmHg. Volume curah hujan 15 mm per hari.

Secara visual, gunung jelas, kabut 0-I, kabut 0-II, hingga kabut 0-III.

Awan panas guguran Gunung Merapi yang terjadi Kamis (7/1/2021) pukul 08.02 WIB.
Awan panas guguran Gunung Merapi yang terjadi Kamis (7/1/2021) pukul 08.02 WIB. (BPPTKG)

Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 20 m di atas puncak kawah.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida, menjelaskan awan panas guguran ini terjadi karena adanya gundukan kecil di sekitar puncak kawah Gunung Merapi.

"Diperkirakan itu yang terjadi awan panas," ucap Hanik.

Kepada masyarakat, Hanik mengimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman potensi bahaya Gunung Merapi.

"Karena ini sudah awan panas pertama. Perkembangannya kami terus pantau. Untuk masyarakat tetap ikuti informasi dan arahan dari pemerintah daerah," bebernya.

Adapun hingga kini status Gunung Merapi belum berubah, yakni siaga atau level III.

"Sekali lagi saya ingatkan, status gunung api itu penilaian terhadap ancaman penduduk. Kami sudah memberikan asesmen potensi bahaya kemarin maksimal 5 km. Sampai saat ini potensi bahaya belum lebih dari 5 km," tandasnya.

Fase Awal Erupsi Baru

Status Gunung Merapi yang terletak di perbatasan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah hingga saat ini masih berada di level Siaga.

Dilaporkan, saat ini Gunung Merapi mulai memasuki fase awal erupsi baru yang didasarkan pada beberapa tanda-tanda serta indikator pengamatan.

Salah satunya adalah mulai munculnya titik api diam serta lava pijar yang mulai terpantau dari puncak Gunung Merapi.

Guguran lava pijar Merapi terlihat dari dari Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Sleman, Selasa (5/1/2021).
Guguran lava pijar Merapi terlihat dari dari Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Sleman, Selasa (5/1/2021). (Tribun Jogja/ Bramasto Adhy)

Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Agus Budi Santoso, mengungkapkan saat ini memang Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi baru, yakni erupsi 2021.

Fenomena ini ditandai dengan pengamatan api diam dan lava pijar yang mulai tampak di puncak Gunung Merapi. 

"Saat ini Merapi memasuki fase erupsi baru, yaitu fase erupsi 2021. Fenomena utamanya adalah pengamatan api diam dan lava pijar. Rekomendasi tetap dipertahankan, ada potensi erupsi eksplosif. Sehingga rekomendasi berdasarkan skenario erupsi eksplosif masih dipertahankan," ujar Budi dalam Siaran Informasi BPPTKG, Selasa (5/1/2021) lalu. 

Titik Api Diam dan Pergerakan Magma

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida mengungkapkan, sejak 31 Desember 2020 pukul 21.08 WIB muncul fenomena masyarakat bisa melihat adanya pijaran sinar di puncak Merapi. 

Peristiwa itu terpantau dari CCTV Tunggularum dan thermal camera di Panguk.

Menurut Hanik, pijaran atau sinar yang tampak ini tidak berhenti, hingga terakhir teramati pada Selasa (4/1/2021) pukul 19.52 WIB.

"Muncul api diam lava pijar di dasar Lava1997," imbuhnya Hanik. 

Baca juga: Kisah Heru Purwoko, Petugas Pengamat Gunung Merapi Kaliurang yang Mengabdikan Diri Selama 28 Tahun

Baca juga: Dinsos DI Yogyakarta Terus Pantau Kebutuhan Pengungsi Gunung Merapi

Ia menambahkan, citra satelit mengonfirmasi keberadaan gundukan yang diduga adalah material baru.

Sebagian mengalami longsor bersama material lama ke arah selatan-barat daya. 

"Lava pijar tadi malam ini terus terjadi. Magma sudah mencul di permukaan. Indikator bahwa magma terus menuju ke permukaan," ucap Hanik. 

Ia menerangkan, magma ini sudah terakumulasi di bawah permukaan.

Posisi magma yang muncul berada di ujung rekahan, munculnya material baru di ujung bibir bawah mengakibatkan ketika ia muncul, langsung runtuh.

Guguran lava pijar Merapi terlihat dari dari Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Sleman, Selasa (5/1/2021).
Guguran lava pijar Merapi terlihat dari dari Desa Wonokerto, Kecamatan Turi, Sleman, Selasa (5/1/2021). (Tribun Jogja/ Bramasto Adhy)

Kendati demikian, terkait sudah muncul atau belumnya kubah lava baru, Hanik mengatakan diperlukan pengamatan lebih lanjut.

"Secara fisiknya berupa magma baru yang batasnya ada material lamanya. Ini masih harus terus kita perhatikan, kalau berkembang berarti ada kubah lava baru," bebernya. 

Hanik menambahkan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi sampai saat ini masih tinggi.

Demikian juga dengan deformasi melalui EDM. 

"Secara teknis bisa dikatakan saat ini Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi 2021. Namun ini baru awal indikasi proses ekstrusi magma yang akan terjadi berdasarkan data seismik dan deformasi yang masih tinggi," tandasnya. 

( tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved