Pendidikan
Vaksin Belum Tentu Bisa Hentikan Pandemi, Pakar Epidemiologi UGM: Banyak yang Harus Dipersiapkan
Vaksin tak menjamin dapat menghentikan pandemi. Karena hal itu sangat bergantung pada strategi implementasi vaksin.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr Riris Andono Ahmad mengatakan vaksin tak menjamin dapat menghentikan pandemi.
Hal itu sangat bergantung pada strategi implementasi vaksin.
"Bisa saja vaksin gagal menghentikan pandemi. Itu semua tergantung dari bagaimana strategi implementasi kita, karena kesuksesan efektivitas program sangat dipengaruhi oleh akses, kemudian kepatuhan provider, kepatuhan pasien," ujar Donni, sapaan akrab dr Riris Andono Ahmad dalam Webinar 'Refleksi Pencegahan dan Pengendalian Covid: Apa yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi pandemi di 2021?', Selasa (22/12/2020).
Ia menyebutkan, apakah vaksin Pfizer yang memiliki efikasi 95 persen ketika diberikan ke masyarakat akan memberikan efektivitas yang sama?
Semisal jika ada 2 juta vaksin disebarkan apakah 1,9 juta orang akan terlindungi karenanya?
Baca juga: Epidemiolog UGM : Ada Kesalahan Persepsi Pemerintah dan Masyarakat terhadap Adaptasi Kebiasaan Baru
Menurut Donni, hal itu sangat dipengaruhi seberapa besar kapasitas produksi, bagaimana kita bisa melakukan distribusi, hingga bagaimana kita bisa memproduksi cold chain freezer yang membutuhkan -70 derajat celcius.
Padahal, selama ini cold chain di Pulau Jawa pun masih sulit dicari.
Selain itu, faktor keberhasilan lainnya adalah ketersediaan di fasilitas kesehatan, kepatuhan provider misalnya memberikan vaksin pada jadwal dan dosis yang tepat, serta apakah pasien mau menerima vaksin tersebut dan bisa patuh pada jadwal.
"Yang menjadi salah satu tantangan dan kita belum mampu menjawab adalah seberapa panjang durasi imunitas vaksin. Karena durasi imunitas itu akan sangat penting bagi kita untuk mencapai herd immunity," bebernya.
"Kalau durasi imunitas tidak lebih panjang dari kemampuan kita untuk menjangkau 70 persen populasi untuk divaksinasi, maka akan besar kemungkinan herd immunity tidak terjadi," sambung Donni.
Sementara, lanjutnya, beberapa penelitian sudah mengatakan durasi imunitas sangat pendek dan beberapa kasus sudah menunjukkan reinfeksi.
Jika demikian, herd immunity tidak tercapai.
Oleh karena itu, beberapa skenario perlu kita siapkan untuk mengatasi hal-hal tersebut. ( Tribunjogja.com )
