Kisah Inspiratif

Kisah Penjual Koran Difabel Pantang Menyerah Mencari Rezeki Halal untuk Keluarga

Hananggoro berjualan koran dari pukul 08.00 – 11.00 WIB, dilanjutkan pada sore hari mulai pukul 15.00 – 18.00 WIB di perempatan Jl. Purwanggan

Tribun Jogja/Mg_Yustika Heslia Ningsi
Hananggoro Septian (53), penjual koran di Jalan Purwanggan, Kota Yogyakarta 

TRIBUNJOGJA.COM - Ia hanya punya satu kaki. Sedangkan satu kakinya lagi tak lagi berfungsi normal.

Kondisinya ini membuatnya harus menggunakan kursi roda. Hananggoro Septian (53), namanya.

Meski hidup dengan segala keterbatasan, tak membuatnya menyerah untuk mencari rezeki halal.

Hananggoro berjualan koran dari pukul 08.00 – 11.00 WIB, dilanjutkan pada sore hari mulai pukul 15.00 – 18.00 WIB di perempatan Jl. Purwanggan, Kota Yogyakarta. 

Dalam keadaan yang keterbatasan fisik dan ekonomi, Hananggoro menolak menyerah pada nasib. Ia mengumpulkan rupiah demi rupiah dari koran yang dijajakannya.

Bekerja sebagai penjual koran telah ia lakoni selama 3 tahun.

Hasil berjualan ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari istri dan anaknya. Sementara sang istri, bekerja sebagai tukang cuci.

Hananggoro mendapatkan koran-koran tersebut melalui agen.

Koran dari berbagai media, ia jajakan setiap harinya. “Saya menjual koran sesuai harga yang diberikan bos saya,” ujarnya.

Hal itu dikarenakan agen memberi upah kepada bapak Hananggoro sebanyak Rp750.000 per bulan.

Menurutnya uang tersebut sudah mencukupi kehidupan keluarga, ditambah dengan penghasilan yang didapatkan oleh sang Istri.

Hanangoro menceritakan awal mula cerita pilu hingga membuatnya menjadi cacat seumur hidup.

Sebelum menjadi penjual koran, Hanangoro bekerja sebagai sopir truk. Kecelakaan dengan kereta api mengubah hidupnya.

“Saya kecelakaan dengan kereta api di Gresik, teman saya (kenek) meninggal. Saya masih hidup, hanya kehilangan kaki,” ungkapnya sambil menunjukkan kakinya yang lumpuh.

Hal tersebut tidak membuat hanangoro menyesal dan masih semangat mencari nafkah untuk keluarganya.

Wabah covid-19 cukup berdampak pada jualan korannya. Ia mengalami penurunan omzet.

“Pada zaman corona ini, banyak pengendara yang tidak mau beli koran saya. Padahal saya sudah patuhi protokol kesehatan dengan memakai masker,” keluhnya dengan nada resah.

Dengan segala perjalanan dan pengalaman hidupnya, ia punya pesan untuk pemuda agar tak menyia-nyiakan masa muda.

“Jangan sia-siakan masa muda, kalau masih kuat , masih punya fisik yang lengkap, cari kerja agar memiliki hidup yang lebih baik,” katanya. (Mg_Yustika Heslia Ningsi)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved