Ki Darno, Tukang Kebun yang Pandai Tirukan Suara Ki Hadi Sugito Hingga Dipuji Ki Seno Nugroho

Ki Darno, tukang kebun di SMKN 1 Kasihan, Bantul, DIY (dulu SMKI), merendah saat diminta tanggapan julukan dirinya sebagai duplikat Ki Hadi Sugito.

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Penampilan Ki Darno saat pentas wayang kulit 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Sudarno atau Ki Darno, tukang kebun di SMKN 1 Kasihan, Bantul, DIY (dulu SMKI), merendah saat diminta tanggapan julukan dirinya sebagai duplikat Ki Hadi Sugito.

“Ya, biasa saja, wong saya ya hanya penggemar Ki Hadi Sugito. Hanya niru-niru saja,” kata Sudarno ditemui Tribunjogja.com di komplek SMKN 1 Kasihan, Bantul, Senin (7/12/2020) sore.

Namun kemampuan Ki Darno menirukan suara Ki Hadi Sugito dipuji almarhum dalang Ki Seno Nugroho.

Sudarno pada November 2019 diundang secara khusus untuk mendalang di rumah almarhum di Sedayu.

Pentas digelar saat Rebo Wagen, hari weton atau pasaran Jawa sebagai penanda hari kelahiran Ki Seno Nugroho.

Sudarno dijuluki oleh Ki Seno Nugroho sebagai Ki Hadi Sudarno. Tukang kebon yang otodidak bisa mendalang itu pentas semalam suntuk.

“Paginya sesudah pergelaran, Ki Seno bilang, ia semalaman nonton, senang, sangat terhibur. Lalu nyangoni,” kata Darno, warga Bangunharjo, Sewon, Bantul ini.

Kemampuannya meniru suara Ki Hadi Sugito, dalang kondang asal Toyan, Wates, Kulonprogo, menurut Darno diperoleh secara alamiah.

Ia tidak pernah mereka-reka, atau berusaha membuat tiruan lewat cara-cara tertentu.

“Ngalir saja, karena suara saya akhirnya memang bisa serak-serak berat begini,” aku Darno.

Ia menduga, karena perokok berat tembakau lintingan, membuat pita suara atau tenggorokannya bisa membuat suara berat dan mantap.

“Dari kecil saya ikut-ikutan simbah, nglinting mbako (tembakau/rokok lintingan),” kata bapak dua anak yang sebentar lagi pensiun dari PNS/ASN ini.

Ki Darno, PNS di SMKN 1 Kasihan Bantul yang pandai menirukan suara Dalang Ki Hadi Sugito
Ki Darno, PNS di SMKN 1 Kasihan Bantul yang pandai menirukan suara Dalang Ki Hadi Sugito (Tribunjogja/Setya Krisna Sumargo)

Ki Darno yang bersuara khas almarhum Ki Hadi Sugito sebenarnya sudah dikenal luas di kalangan siswa maupun alumni SMKI, terutama jurusan pedalangan.

Ia selalu jadi idola para siswa di sekolah, karena kemampuannya itu.

Di sela-sela bekerja, ia biasanya didaulat suluk atau menirukan suara-suara tokoh pewayangan.

Almarhum Ki Seno Nugroho saat pentas di SMKI beberapa tahun lalu juga mengundang Darno ke panggung, dan berseloroh pria itu dalang “gul-gulan” keluarga SMKI.

Baca juga: Gending Ladrang Gajah Seno Bikin Penonton Wayang Climen Ki Catur Benyek Terharu

Baca juga: Ini Cerita Lakon Kangsa Lena yang Dimainkan Gadhang dan Gadhing, Putra Ki Seno Nugroho

Sudarno akhirnya muncul di panggung dekat Ki Seno, lalu didaulat melantunkan suluk sri tinon seperti yang dilakukan Ki Hadi Sugito.

Darno sangat luwes melantunkan suluk sri tinon, membuat Ki Seno Nugroho terkagum-kagum. Aplaus meriah diberikan atas kemampuan Sudarno itu.

Menurut pegawai Ketatausahaan SMKN 1 Kasihan Bantul ini, ia sejak kecil menggemari wayang kulit.

Dalang idolanya Ki Hadi Sugito, meski juga menyukai dalang-dalang lain.

Ia tidak fanatik gaya Yogyakarta atau Surokarta.

“Semua baik dan menarik, enak dinikmati. Kalao idola memang Ki Hadi Sugito,” kata Darno.

Dalang terkenal bersosok besar dan gagah pada masanya itu menurut Darno bisa mengubah suasana panggung.

“Pokoknya begitu dalang Ki Hadi Sugito naik ke panggung, suasana bisa berubah, aura menarik itu muncul begitu saja,” imbuh Darno yang sudah tiga kali pentas wayang kulit semalam suntuk.

Itu prestasi besar bagi dirinya sebagai dalang otodidak, sama sekali tidak pernah mengenyam ilmu pedalangan, kecuali mendengar dan menirunya.

Sewaktu kecil, Darno tak pernah melewatkan kesempatan nonton pentas Ki Hadi Sugito, sejauh bisa ia jangkau tempatnya.

Banyak pengalaman unik sewaktu menonton pentas dalang itu. Pernah ketiduran di gerobak dekat lokasi pentas dan di sebuah jugangan (lubang sampah).

Darno lulus SD Wojo I Bangunharjo, Sewon dan meneruskan SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta, sebelum menyambung kelas persamaan SMA pada 2002.

Lulus SMP, Darno mendaftar CPNS pada 1982. Sebelumnya ia magang kerja di SMPN 2 Condongcatur Sleman selama setahun.

Diterima menjadi PNS bagian kebersihan, ia ditempatkan di STM Argomulyo, sebelum pindah ke SMKI pada 1988, tetap sebagai tenaga kebersihan alias tukang kebun.

Sejak bekerja di SMKI itulah, Darno punya kesempatan besar menguping, melihat, menirukan berbagai keterampilan pedalangan.

Sesekali di jeda tugasnya, ia menyimak dari luar kelas pelajaran seni pedalangan, teori maupun praktik yang diberikan para guru ke murid-murid jurusan pedalangan.

Jika ada praktik, Darno jika ada kesempatan di sela tugas utamanya, menonton aksi para siswa di ruang pedalangan.

Interaksinya yang intens, sosoknya yang mudah akrab, disukai murid-murid sekolah. Termasuk Seno Nugroho, putra dalang kenamaan Ki Suparman, begitu ia masuk SMKI.

Di mata Darno, Seno Nugroho saat bersekolah pribadi yang memang sudah punya bakat mendalang. Ia terlihat menonjol di antara teman-temannya.

Bahkan kadang-kadang ia melihat Seno Nugroho nongkrong di kantin, sementara teman-temannya lain ikut praktik pedalangan.

“Saat itu dia ya sudah terampil main wayang, jadi mungkin pas jam praktik dianggap sudah cukup, makanya ia milih nongkrong di kantin,” kata Darno.

Penampilan Ki Darno saat menjadi dalang
Penampilan Ki Darno saat menjadi dalang (Istimewa)

Di mata Darno dan keluarga SMKI, Ki Seno Nugroho memang menjadi alumni yang sangat membanggakan untuk kiprahnya di dunia pewayangan.

Darno pun mengagumi kemampuan Ki Seno Nugroho yang lengkap, dari sabetan, suara yang bisa sangat kuat membedakan sosok satu dan lainnya.

“Kan dalang milenial, Ki Seno Nugroho itu mampu menghidupkan dunia pewayangan di tengah zaman modern seperti ini,” kata Ki Darno yang pernah pentas semalam suntuk di pendopo utama SMKI saat Hardiknas beberapa tahun lalu.

Ki Seno Nugroho menurut Darno juga sosok yang dermawan, tidak pernah membeda-bedakan, dan ia sangat merakyat.

“Waktu saya pentas di Hardiknas SMKI, Ki Seno Nugroho dan rombongan datang, menonton saja semalaman. Benar-benar hanya nonton,” ujarnya.

Ketika acara Rebo Wagen di Joglo Jodipati, kediaman keluarga Ki Seno Nugroho di Dusun Gayam, Argosari, Sedayu, Bantul, semua fasilitas disediakan.

“Pulangnya ya disangoni,” imbuh Sudarno sembari menyebut jumlah uang yang tidak sedikit.

Pentasnya waktu itu diiringi anak-anak SMKI dan ada juga guru-guru sekolah tersebut.

Menurut Darno, sohibul hajat, yaitu Ki Seno Nugroho tidak banyak permintaan. Pokoknya ia hanya meminta Ki Darno pentas bebas, selucu-lucu yang bisa ia lakukan.

“Ki Seno bilang, aku udah mengundang warga dan siapa saja nonton pentas “Ki Hadi Sugito”, makanya mendalanglah sebaik-baik dan segayeng-gayengnya,” kata Darno menirukan pesan Ki Seno Nugroho.

Darno terkejut ketika ia tiba di panggung, mendadak Ki Seno Nugroho menyambutnya, lalu bersendagurau sembari sujud seolah hendak mencium kakinya.

Kenangan itu tidak pernah ia bisa lupakan. Maka ketika kabar duka itu diterimanya malam 3 November 2020, Sudarno langsung lemas.

Ia terhenyak syok mendengar kabar duka Ki Seno Nugroho wafat.

“Saat itu saya sedang ronda, tetangga saya memberitahu Ki Seno meninggal. Saya lemes, nggak bisa berkata apa-apa,” kenangnya.

Paginya, bersama Kepala SMKN 1 Kasihan Bantul, melayat ke rumah duka.

Meninggalnya Ki Sneo Nugroho di mata Ki Darno kehilangan besar bagi dunia pedalangan dan pewayangan Jawa.

Tapi ia yakin, ada dalang-dalang hebat yang bisa melanjutkan kiprah Ki Seno Nugroho mempopulerkan wayang kulit lewat dunia maya, seperti yang dilakukan streaming lewat media sosial.(Tribunjogja.com/xna)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved