Bisnis

Terpukul Isu COVID-19 dan Gunung Merapi, PHRI DIY Akui Banyak Kehilangan Momen High Season

Selama 12 bulan sejak Januari hingga Desember ini, para pengusaha hotel dan restoran di DIY hanya merasakan momen high season pada Januari-Februari.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja/ Santo Ari
Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) banyak kehilangan momen high season selama hampir sembilan bulan dihantam pandemi COVID-19.

Dalam kesempatannya, Ketua DPD PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono menyampaikan, tahun 2020 merupakan tahun di mana pengusaha hotel dan restoran merasa terpuruk.

Selama dua belas bulan sejak Januari hingga Desember ini, para pengusaha hotel dan restoran di DIY hanya merasakan momen high season pada Januari-Februari. 

Kala itu, okupansi hotel yang tergabung di PHRI DIY mampu mencapai 85 persen, dengan kapasitas kamar seratus persen digunakan seluruhnya.

Baca juga: Wacana Pemerintah Pangkas Jatah Libur Akhir Tahun, PHRI DIY : Wisatawan Banyak Batalkan Reservasi

"Januari itu 85 persen. Februari turun jadi 70 persen okupansinya. Baru lah memasuki Maret ambruk," kata Deddy saat dihubungi Tribunjogja.com, Kamis (3/12/2020).

Ia mengatakan, selama di massa pandemi saat ini, banyak momen high season yang seharusnya bisa dimaksimalkan dalam penggunaan kamar hotel oleh wisatawan, namun hal itu tidak dapat dirasakan oleh para pengusaha hotel dan restoran.

Peniadaan libur Idulfitri Mei lalu misalnya, di tahun sebelumnya libur lebaran selalu menjadi satu di antara momen emas bagi pengusaha hotel karena okupansi kamar bisa mencapai 90 persen.

Sementara untuk tahun ini, Deddy mengakui di bulan April hingga Mei lalu okupansi tak lebih dari 15 persen.

"Maret sampai mei itu hanya 10 persen. Ya ambruk," ungkapnya.

Sementara lonjakan okupansi hotel mulai dirasakan pada triwulan ke tiga tahun ini. 

Paling banyak terjadi di bulan November lalu yang mencapai 60 persen.

Namun demikian, hal itu tidak bertahan lama karena pada 25-30 November lalu, banyak wisatawan yang membatalkan pesanan hotel, sehingga terjadi penurunan okupansi sebanyak 30 persen.

Alasan para wisatasan membatalkan pesanan kamar itu, menurut Dedy lantaran adanya kabar meningkatnya kasus COVID-19 di DIY setiap harinya.

Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF : Upaya PHRI DIY Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Selain itu, PHRI juga menyebut jika pembatalan kamar terjadi lantaran status Merapi yang kini berada di level tiga atau siaga. 

"Ada isu peningkatan COVID-19 di DIY, serta isu Merapi," kata Dedy.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved