Sleman
Dinkes Sleman Waspadai DBD dan Leptospirosis
Dengan lingkungan yang bersih, maka nyamuk dan tikus tidak akan bersarang, sehingga tidak akan menyebabkan penyakit.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Memasuki musim Hujan, Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mewaspadai penyakit DBD dan Leptospirosis.
Sebab dua penyakit tersebut cenderung meningkat pada musim Hujan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman, Novita Krisnaeni mengatakan data kasus DBD maupun Leptiospirosis di Sleman cukup meningkat dibanding tahun lalu.
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mencatat ada 742 kasus DBD sepanjang 2019.
Sedangkan pada 2020, hingga November 2020 Dinkes Sleman telah mencatat 768 kasus, 2 diantaranya meninggal dunia.
Sama dengan DBD, jumlah kasus Leptospirosis di Kabupaten Sleman juga meningkat.
Baca juga: Masuk Musim Penghujan, Waspadai Penyakit DBD, Diare dan Leptospirosis
Tercatat ada sekitar 32 kasus Leptospirosis pata tahun 2019, dan meningkat menjadi 36 sampai akhir November, 5 di antaranya meninggal dunia.
"Memang yang perlu kami waspadai adalah dua penyakit itu, karena dipengaruhi musim hujan. Apalagi DBD, Desember ini ada kecenderungan meningat sampai Januar, Februari, nanti turun lagi. Lepstopsirosis juga sama, ada peningkatan," katanya, Rabu (02/12/2020).
Menurut dia, upaya pencegahan terbaik penyakit DBD dan Leptospirosis adalah menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Dengan lingkungan yang bersih, maka nyamuk dan tikus tidak akan bersarang, sehingga tidak akan menyebabkan penyakit.
"Intinya adalah PHBS. Kalau untuk DBD ya ditambah 3M plus, menutup bak atau penampungan air, menguras bak atau penampungan air, dan memanfaatkan kembali barang bekas. Untuk Leptospirosis juga sama, kalau lingkungannya bersih, kan tikus tidak mungkin bersarang. Leptospirosis itu kan penyakit karena kencing tikus," terangnya.
Baca juga: Waspada DBD Saat Musim Penghujan
Untuk mengingatkan masyarakat, pihaknya gencar melakukan kegiatan promotif.
Di tengah pandemi COVID-19 ini,pihaknya mengoptimalkan sosial media sebagai saran untuk mempromosikan PHBS.
Ia menilai kegiatan promotif melalui sosial media lebih relevan.
Selain itu juga dapat mencegah penularan COVID-19, dengan tidak berkerumun.
Pihaknya juga berharap masyarakat dapat menerapkan satu rumah satu jumantik.
Dengan demikian, ada satu anggota keluarga yang rutin mengecek adanya jentik nyamuk.
"Apalagi di tengah pandemi seperti ini. Satu rumah satu jumantik menjadi program yang sangat membantu kami dalam mencegah DBD,"tambahnya. (Tribunjogja.com)