Penyebab Cuaca Panas di Musim Hujan Menurut Penjelasan BMKG

Indonesia sudah memasuki musim hujan sejak Oktober 2020 kemarin. Namun meskipun sudah memasuki musim hujan, cuaca sering kali terasa panas.

Editor: Rina Eviana
Tribunjogja.com |Bramsto Adhy
Cuaca Panas 

Tribunjogja.com -Indonesia sudah memasuki musim hujan sejak Oktober 2020 kemarin. Namun meskipun sudah memasuki musim hujan, cuaca sering kali terasa panas.

Bahkan hari Jumat (13/11/2020) di wilayah Yogyakarta, suhu udara terasa sangat panas. Masyarakat banyak yang mengira suhu udara panas lantaran ada pengaruhnya dengan aktivitas Merapi saat ini.

Ada apa sebenarnya?

Ilustrasi
Ilustrasi (Shutterstock)

Kasubid Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi mengatakan, beberapa hari terakhir wilayah Yogyakarta dan sekitarnya emang tidak hujan.

Namun, hal ini bukan karena aktivitas Gunung Merapi. Dalam beberapa hari terakhir, kondisi cuaca yang cerah membuat tidak ada awan yang menghalangi sinar matahari masuk.

Hal inilah yang menyebabkan cuaca terasa gerah dan panas. Selain bukan karena aktivitas Gunung Merapi, Adi mengatakan, cuaca panas di Indonesia juga bukan karena gelombang panas.

"Enggak bakal ada gelombang panas di Indonesia (saat ini)," kata Adi kepada Kompas.com, Jumat (13/11/2020).

Penyebab musim hujan tapi panas di Indonesia

Dia menjelaskan, suhu panas akhir-akhir ini di seluruh wilayah Indonesia disebabkan oleh faktor klimatologis. Secara klimatologis, bulan Oktober dan November adalah periode transisi pergerakan semu matahari dari Equator ke Belahan Bumi Selatan yang mencapai puncak pada 21 Desember di posisi 23,5 Lintang Selatan (Tropic of Capricorn).

Pada November hingga April adalah periode musim hujan di Indonesia khususnya Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Bali, dan Nusa Tenggara.

"Pada periode tersebut juga merupakan periode di mana pergerakan semu matahari bergerak dari equator ke selatan, mulai 21 September - tepat di equator - bergerak ke Lintang Selatan Hingga 23,5 Lintang Selatan pada 21 Desember (puncaknya)," kata Adi.

Ilustrasi cuaca panas
Ilustrasi cuaca panas (TRIBUNJOGJA.COM / Ahmad Syarifudin)

"Kemudian bergerak lagi ke arah Ekuator untuk terus berlajut ke lintang Utara," imbuhnya.

Baca juga: Penjelasan Suhu Udara Panas di Yogyakarta, BPPTKG: Bukan Pengaruh dari Aktivitas Merapi

Nah, karena fenomena ini, pada periode tersebut wilayah Indonesia akan mengalami radiasi matahari yang lebih optimal dari bulan-bulan lainya.

"Sehingga kita itu akan merasakan suhu udara lebih panas dari biasanya," terangnya.

Adi menjelaskan, hal ini menyebabkan suhu udara di musim hujan ini terasa terik atau panas di siang hari. Namun pada sore hari terjadi mendung dan segera turun hujan.

"Kalangan meteorologist sering menyebutkan bahwa summernya di Indonesia adalah ketika musim hujan," katanya.

Dia menyampaikan, hal ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap atmosfer di Indonesia, apalagi menyebabkan fenomena gelombang panas.

Penjelasan BPPTKG

Seorang petugas tengah mengamati aktivitas Gunung Merapi di ruang pengamatan Kantor BPPTKG Yogyakarta, Senin (18/2/2019).
Seorang petugas tengah mengamati aktivitas Gunung Merapi di ruang pengamatan Kantor BPPTKG Yogyakarta, Senin (18/2/2019). (TRIBUNJOGJA.COM / Wahyu Setiawan)

Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) telah menetapkan peningkatan status Gunung Merapi dari waspada menjadi siaga pada 5 November 2020.

Kendati demikian, BPPTKG menjelaskan udara panas yang dirasakan masyarakat akhir-akhir ini tidak dipengaruhi oleh aktivitas Gunung Merapi. 

Baca juga: Cuaca Panas, Baca Doa Minta Hujan serta Artinya Berikut Ini

"Udara panas yang sedang dirasakan saat ini bukan merupakan (efek) aktivitas Merapi," ujar Hanik, Rabu (11/11/2020). 

Ia menerangkan, meningkatnya aktivitas Gunung Merapi memang berdampak pada peningkatan suhu di sekitar kawah.

Namun, tidak akan berdampak secara global. 

"Aktivitas Merapi kalau sedang meningkat memang ada peningkatan suhu kawah. Tapi suhu kawah ini ya ada di sekitar kawah saja. Tidak sampai global. Apalagi suhu panas ini ada di Semarang meningkat, Surabaya meningkat, Jogja juga meningkat. Jadi ini bukan pengaruh dari Merapi tapi lebih dari masalah klimatologi," paparnya. 

Hal tersebut dikenal dengan istilah fenomena Equinox, yakni posisi matahari saat berada di garis khatulistiwa. (Kompas.com/TRIBUNJOGJA.COM

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved