Dalang Ki Seno Nugroho Meninggal

Di Malam Tujuh Hari, Sinden Elisha Mengenang Lima Momen Paling Berkesan dengan Ki Seno Nugroho

Kepergian dalang Ki Seno Nugroho masih terasa menyesakkan meski sudah lebih dari tujuh hari sejak kepergiannya, Selasa (3/11/2020). Sinden Elisha

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Joko Widiyarso
Foto: @satriaatasangin
Ki Seno Nugroho dan Elisha Orcarus Alosso 

TRIBUNJOGJA.COM - Kepergian dalang Ki Seno Nugroho masih terasa menyesakkan meski sudah lebih dari tujuh hari sejak kepergiannya, Selasa (3/11/2020).

Sinden Elisha Orcarus Allasso yang kerap menjadi pengirinya pagelaran wayang Ki Seno juga masih tidak percaya sosok dalang milenial itu telah tiada.

Dalam Instagramnya, Sinden Elisha berbagi lima momen yang paling berkesan saat menjadi sinden Ki Seno.

"Hari ini akan diadakan umbul donga di malam ke-7. Izinkan Elisha ingin sedikit mengenang 5 momen terakhir yang sangat kuat teringat," bukanya di Instagram @elishaorcarus. Senin (9/11/2020).

Ki Seno Nugroho
Ki Seno Nugroho (Kompas.com)

Ia pun mengunggah lima slide foto yang diberi keterangan cukup rinci saat ia menjadi sinden.

"Slide 1. 29 Oktober 2020. Wayang Climen: tembang Pangkur, Mawar Kuning, Melati Rinonce. Slide 2. 31 Oktober 2020. Pendopo Tumiyono: tembang Kembang Cepaka, Lgm Setyo Tuhu," katanya.

Ia melanjutkan dengan menyebutkan tanggal dan apa yang terjadi pada dirinya.

"Slide 3. 1 November 2020. Wayang Climen: Lgm Ngujiwat. Pada saat itu saya mengalami sakit perut hebat dan keringat dingin luar biasa, hujan deras, tapi puji Tuhan berangkat nyinden dan saya gak menyesal krn memutuskan berangkat," paparnya.

"Slide 4. 2 November 2020. Wayang Climen: Tembang Janjine Piye bowo Asmarandana Semarangan. Sempat nyanyi bersama dg bapak masih ingat didukani karena diakhir pertunjukan kami melakukan kesalahan saat melantunkan Duduk Wuluh," katanya.

Sedangkan, untuk momen yang paling diingat adalah ketika dirinya masih diberi kesempatan menyinden untuk terakhir kalinya mengiringi kepergian Ki Seno Nugroho.

Baca juga: 7 Hari Wafatnya Ki Seno Nugroho, Ki Manteb Sudharsono Beri Gading Pawukir Tiga Wayang

"Slide 5. 3-4 November 2020. Masih diberi kesempatan nyindeni panjenengan walau dengan suara yang gemetar. Ladrang Panjang Ilang - Ladrang Gadjah Seno. Swargi Langgeng bopo guru bekti kula konjuk," tandasnya.

Beberapa waktu lalu, kepada Tribun Jogja, Sinden Elisha Orcarus Allasso mengaku dirinya benar-benar terpuruk selama dua hari setelah meninggalnya Ki Seno Nugroho, Selasa (3/11/2020).

Selama dua hari sesudah pemakaman almarhum, Elisha merasakan sakit kepala begitu hebat, malas dan tidak melakukan aktivitas apa-apa kecuali tidur dan tidur.

“Rasanya saya itu hanya ingin tidur dan tidak bangun,” kata Elisha Orcarus secara eksklusif kepada Tribun Jogja, Sabtu (7/11/2020) malam.

Ia pun sempat tidak berani mengunjungi makam Ki Seno Nugroho. “Kalau saya bangun, pasti berat banget pikirannya,” ungkapnya.

Elisha merasa semua impiannya pupus. Ia baru memberanikan diri mengunjungi pesarean Ki Seno Nugroho di TPU Semaki Gedhe, Jumat (6/11/2020).

Secara runtut Elisha yang asal Lambelu, Bungku Barat, Morowali, Sulawesi Tengah ini menceritakan sejak detik-detik pertama menerima kabar buruk itu.

Waktu itu, Selasa (3/11/2020), ia sedang pentas budaya bersama Ki Catur Benyek dan Butet Kertaradjasa, dimulai sekitar pukul 20.00 WIB.

Selesai pentas, ia menerima kabar Ki Seno yang ia sebut bapake, sudah dalam keadaan kritis, dibawa ke rumah sakit. Waktu itu ia baru saja melepas sanggul yang dipakainya setelah pentas.

Elisha tak percaya, karena di grup komunikasi Wargo Laras juga tidak banyak informasi.

“Di grup cuma ada ucapan inalillahi… blablabla. Gak berani buka notif, trus ternyata yang ninggal bapake. Sontak gemetar, gak karuan, barusan copot sanggul saya,” kenang Elisha.

“Bingung ndak karuan,ini bener apa nggak. Dalam hatisaya bilang bohong. Nggak…nggaklah, menolak gitu. Ternyata bener. Sama mbak Ika (sinden Ika Hesti) langsung ke sana (RS PKU MUhammadiyah Gamping). Syok banget ketemu tema-teman. Nangis..nangis….dan nangis,” katanya.

Elisha merasa kehilangan sosok yang seperti dalam penerbangan atau kapal ada pilotnya . Pilotnya nggak ada, langsung terombang-ambing. Nggak karuan, kepala itu sakit banget,” lanjutnya.

Bagi Elisha, Ki Seno Nugroho bukan hanya sekedar dalang. Ia memulai hubungan ke Ki Seno sebagai rekan rasan-rasan (mengobrol).

Teman mendiskusikan nasib kebudayaan, pewayangan, sama apa yang dirasakan anak-anak muda sekarang. Awalnya ia merasa curious (penasaran) tentang wayang Ki Seno.

Baca juga: Terima Kabar Ki Seno Nugroho Wafat, Ki Manteb Sudharsono Kaget, Hape Terlempar Jatuh dan Pecah

Lalu menjadikan Ki Seno Nugroho objek penelitian tugas akhir (S1) di jurusan pedalangan ISI Yogyakarta. Hubungan itu semakin mendekatkan keduanya.

Dalam pikiran Elisha, yang kemudian melanjutkan studi pascasarjana (S2) bidang psikologi, ia lagi-lagi menggunakan Ki Seno sebagai objek tesisnya.

Berikutnya, Elisha yang melanjutkan program doktoral, juga berkeinginan menggunakan wayang Ki Seno Nugroho sebagai disertasi doktornya. Tapi kenyataannya menjadi berbeda.

Selain sebagai rekan kerja, Ki seno bagi Elisha adalah guru dan bapaknya selama ia merantau di Yogyakarta.

Bermula dari penelitian, lalu dijadikan sinden cadangan, hingga Elisha total bergabung jadi anggota grup kerawaitan Wargo Laras sejak 2018.

“Dalam dua tahun ini saya merasa dimasukkan kawah condrodimuka, ditempa, dimasukkan banyak hal, seperti Gatotkaca. Segala macam senjata dimasukkan ke sana,” ujar sinden yang disukai karena kocak, dan logat bicaranya yang lucu.

“Saya ngrasain panas, sakit, ngrasain gimana caranya harus membangun. Banyaaaaak pokoknya. Bangun pertunjukan dipercaya Pak Seno, sehingga terbentuklah karakter saya,” kata Elisha.

Jenazah almarhum Ki Seno Nugroho dari rumah duka, diberangkatkan menuju peristirahatan terakhir di Makam Semaki Gedhe Yogyakarta.
Jenazah almarhum Ki Seno Nugroho dari rumah duka, diberangkatkan menuju peristirahatan terakhir di Makam Semaki Gedhe Yogyakarta. (Tribunjogja/ Ahmad Syarifudin)

Karakter dirinya yang sekarang, yang dinikmati para penggemar wayang kulit dan penggemar Ki Seno Nugroho, merupakan kolaborasi Elisha dan Ki Seno.

“Makanya sakit banget waktu tahu Pak Seno nggak ada. Kaya separo (tubuh) hilang. Suwung. Semua ditemuin di panggung begitu saja, tapi karena dukungan beliau, bener-bener terbentuk karakter hasil kolaborasi saya dan Pak Seno,” ujar sinden yang juga pintar mendalang ini.

Elisha selanjutnya menceritakan drama lain saat pelepasan jenazah Ki seno Nugroho dari rumah duka, Rabu (4/11/2020). Semua kru Wargo Laras berusaha tegar dan mengrawit untuk mengiringkan almarhum.

“Kita semua ngiringi pakai ladrang Gajah Seno itu, itu puncaknya. Sebelumnya Pak Tedjo (Pepadi) ngaturke ayak-ayak patet slendro. Itu ayak-ayak Jogja kalo mau wayangan. Dok dok..dok dok…dok dok..itu rasanya minta ampun,” kenang Elisha.

(Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved