Dalang Ki Seno Meninggal

Tujuh Hari Pasca Kepergian Dalang Ki Seno Nugroho, Banyak Kisah Haru Terungkap dari Orang Dekat

Kesedihan masih terasa pasca tujuh hari meninggalnya dalang Ki Seno Nugroho. Banyak kisah mengharukan terungkap beberapa hari setelah ia menghadap

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Mona Kriesdinar
Kompas.com
Ki Seno Nugroho 

TRIBUNJOGJA.COM - Kesedihan masih terasa pasca tujuh hari meninggalnya dalang Ki Seno Nugroho. Banyak kisah mengharukan terungkap beberapa hari setelah ia menghadap Yang Maha Kuasa.

Wawancara eksklusif Tribun Jogja dengan sinden Elisha Orcarus Allaso menjadi salah satu kisah haru yang menyelimuti kepergian dalang kondang itu.

Diketahui, sinden Elisha adalah pengiring setia Ki Seno Nugroho. Percakapan keduanya saat pentas mampu membuat siapapun tertawa. Tidak heran, duet Elisha dan Ki Seno sudah ditonton jutaan kali di YouTube.

Ki Seno Nugroho dan Elisha Orcarus Alosso
Ki Seno Nugroho dan Elisha Orcarus Alosso (@elishaorcarus)

"Rasanya saya itu hanya ingin tidur dan tidak bangun,” kata Elisha Orcarus secara eksklusif kepada Tribun Jogja, Sabtu (7/11/2020) malam. Elisha mengakui, dirinya mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal Ki Seno.

Berat baginya untuk berbicara kepada wartawan. Ia tidak bisa menata kata dan hati dan hanya menulis sedikit curahan hati di Instagram.

"Aku sedang belajar menata hati yang hancur berkeping kehilangan sosokmu dalam hidupku," begitu tulisnya di media sosial.

Baca juga: Ki Seno Nugroho Meninggal, Sinden Elisha Orcarus Terpuruk, Kepala Sakit, Tak Ingin Bangun Tidur

Selang beberapa hari, pesinden asal Sulawesi Tengah itu mengizinkan Tribun Jogja untuk mengutip banyak curahan hatinya tentang sosok Ki Seno Nugroho.

“Jenengan yang pertama, karena kemarin wartawan-wartawan pada telepon, tanya, ndak saya jawab, karena aku masih belum siap. Sekarang sudah bisa menata hati,” kata Elisha.

Selama dua hari sesudah pemakaman almarhum, Elisha merasakan sakit kepala begitu hebat, malas dan tidak melakukan aktivitas apa-apa kecuali tidur dan tidur.

Bahkan, ia sempat tidak berani mengunjungi makam Ki Seno Nugroho di TPU Semaki Gedhe. Elisha baru berani mengunjungi pesarean Jum'at (6/11/2020).

Baca juga: Inilah Curhat Sinden Elisha Orcarus Sepeninggal Dalang Ki Seno Nugroho

Kepada Tribun Jogja, Elisha juga menceritakan bagaimana perasaannya menerima kabar buruk tersebut.

Waktu itu, Selasa (3/11/2020), ia sedang pentas budaya bersama Ki Catur Benyek dan Butet Kertaradjasa, dimulai sekitar pukul 20.00 WIB.

Para penggemar tampak memanjatkan doa di pemakaman Ki Seno Nugroho, pada Rabu (04/11/2020).
Para penggemar tampak memanjatkan doa di pemakaman Ki Seno Nugroho, pada Rabu (04/11/2020). (Tribunjogja/ Nanda Sagita Ginting)

Selesai pentas, ia menerima secuil kabar Ki Seno yang ia sebut bapake, sudah dalam keadaan kritis, dibawa ke rumah sakit. Waktu itu ia baru saja melepas sanggul yang dipakainya setelah pentas.

Elisha tak percaya, karena di grup komunikasi Wargo Laras juga tidak banyak informasi.

“Di grup cuma ada ucapan inalillahi… blablabla. Gak berani buka notif, trus ternyata yang ninggal bapake. Sontak gemetar, gak karuan, barusan copot sanggul saya,” kenang Elisha.

“Bingung ndak karuan,ini bener apa nggak. Dalam hatisaya bilang bohong. Nggak…nggaklah, menolak gitu. Ternyata bener. Sama mbak Ika (sinden Ika Hesti) langsung ke sana (RS PKU MUhammadiyah Gamping). Syok banget ketemu tema-teman. Nangis..nangis….dan nangis,” katanya.

Elisha merasa kehilangan sosok yang seperti dalam penerbangan atau kapal ada pilotnya . Pilotnya nggak ada, langsung terombang-ambing. Nggak karuan, kepala itu sakit banget,” lanjutnya.

Baca juga: Ini Pesan Dalang Ki Manteb Sudarsono untuk Gading Pawukir, Putra Almarhum Ki Seno Nugroho

Bagi Elisha, Ki Seno Nugroho bukan hanya sekedar dalang. Ia memulai hubungan ke Ki Seno sebagai rekan rasan-rasan (mengobrol).

Teman mendiskusikan nasib kebudayaan, pewayangan, sama apa yang dirasakan anak-anak muda sekarang. Awalnya ia merasa curious (penasaran) tentang wayang Ki Seno.

Lalu, Elisha menjadikan Ki Seno Nugroho objek penelitian tugas akhir (S1) di jurusan pedalangan ISI Yogyakarta. Hubungan itu semakin mendekatkan keduanya.

Dalam pikiran Elisha, yang kemudian melanjutkan studi pascasarjana (S2) bidang psikologi, ia lagi-lagi menggunakan Ki Seno sebagai objek tesisnya.

Kisah mengharukan lain datang dari Ngadiran (48). Ia adalah penggemar Ki Seno Nugroho sejak 15 tahun lalu.

Baca juga: Kisah Haru Bocah SD Nangis Sesenggukan Lihat Live Streaming Pemakaman Ki Seno Nugroho

Ia menjadi peziarah yang datang ke pusara terakhir Ki Seno Nugroho, di Makam Semaki Gede, Umbulharjo, kota Yogyakarta, pada Rabu (04/11/2020) dengan menggunakan aksesori unik berupa topeng berwarna hitam yang menghiasi wajahnya.

Jenazah almarhum Ki Seno Nugroho dari rumah duka, diberangkatkan menuju peristirahatan terakhir di Makam Semaki Gedhe Yogyakarta.
Jenazah almarhum Ki Seno Nugroho dari rumah duka, diberangkatkan menuju peristirahatan terakhir di Makam Semaki Gedhe Yogyakarta. (Tribunjogja/ Ahmad Syarifudin)

Serta ornamen lainnya seperti, kerupuk dan botol dot, pun ikut meramaikan penampilannya. Alhasil, dirinya terlihat begitu mencolok di tengah lautan manusia.

Dirinya terbilang spesial untuk ukuran penggemar.

Lantaran, dirinya sudah pernah diajak ikut manggung bersama dengan Ki Seno Nugroho di beberapa pagelaran wayang.

"Setiap Ki Seno ada manggung, pasti saya datang. Beliau pun sudah kenal saya. Setiap kali ada kesempatan beliau pasti mengajak saya ikut tampil bersama dengannya. Sampai beliau membuatkan dentingan gamelan khusus untuk saya agar bisa menari di atas panggung," kenangnya kepada Tribunjogja.com, pada Rabu (04/11/2020).

Panggung terakhirnya dengan Ki Seno pada Maret 2020 lalu, di Mlati, Sleman. Di mana, lakon yang dibawakan bercerita tentang Bagong Mbangun Ndeso.

Ia mengatakan, sosok Ki Seno sangat ramah dan sederhana. Dirinya tak pernah mendapati Ki Seno dengan berwajah marah atau masam.

Karena, setiap penampilannya pasti selalu menghadirkan candaan yang segar.

"Beliau itu, orangnya apa adanya, suka bercanda. Namun, selama saya mengenalnya hal paling sulit membuatnya tertawa. Suatu hari, saya berhasil membuatnya tertawa lepas, ketika saya pakai topeng ini. Inilah alasan kenapa saya tetap memakainya di hari pemakaman beliau," tuturnya sambil memperlihatkan topengnya itu.

Topeng yang dipakainya pun, memiliki arti di setiap ornamennya. Untuk topeng hitam sebagai personifikasi dari pemakaian masker di tengah pandemi.

Sedangkan, botol dot sebagai intrepretasi pentingnya asupan gizi, dan dua plastik kerupuk yang menggatung di sisi kanan dan kiri sebagai persamaan dengan diri manusia, yaitu apabila tidak dijaga dengan baik dapat melempem dan lemah.

Tak hanya itu, untuk datang kepemakaman Ki Seno, dirinya mengayuh sepeda selama setengah jam dari rumahnya yang berada di daerah Tegal Mojo, Sleman.

Sindu Kusuma Edupark (SKE) gelar pentas wayang kulit dengan dalang Ki Seno Nugroho, Senin(1/10/2018) malam.
Sindu Kusuma Edupark (SKE) gelar pentas wayang kulit dengan dalang Ki Seno Nugroho, Senin(1/10/2018) malam. (Tribun Jogja/ Pradito Rida Pertana)

"Saya itu dapat kabar siang tadi sekitar pukul 12.00 WIB. Di situ saya terkejut sekali, tidak menyangka. Terus, teman saya ngabari kalau dikebumikan di sini. Tanpa pikir lagi, saya langsung datang," ujarnya.

Baginya, sosok Ki Seno bukan hanya seorang penghibur namun inspirasi dalam hidupnya.

Kecintaannya terhadap kesenian wayang agar tetap eksis di masyarakat menjadi bentuk jasa yang besar.

"Dia ( Ki Seno) sudah menjadi inspirasi saya untuk menjalani hidup. Tak pernah menyerah mengenalkan kebudayaan wayang hingga diminati lintas generasi. Tentu, ketekunannya ini bisa menjadi teladan bagi orang seperti saya," ungkapnya.

( Tribunjogja.com | Bunga Kartikasari )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved