Status Siaga Gunung Merapi

Sehari di Balai Desa Glagaharjo, Pengungsi Keluhkan Kepanasan hingga Kekurangan Kasur

Selain kurangnya kasur, warga menyebut pasokan air di pengungsian kurang lancar, satu di antaranya keperluan kamar mandi.

Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Christi Mahatma Wardhani
Suasana pengungsian di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan, Minggu (08/11/2020) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Status Gunung Merapi meningkat dari Waspada (level 2) menjadi Siaga (level 3).

Dengan meningkatnya status Merapi, jarak aman yang semula 3 km diperluas menjadi 5 km.

Ada tiga padukuhan di Kapanewon Cangkringan yang direkomendasikan untuk mengungsi, yaitu Kaliadem, Pelemsari, dan Kalitengah Lor.

Warga yang diprioritaskan untuk mengungsi adalah kelompok rentan, seperti lansia, difabel, ibu hamil dan menyusui dan lain-lain.

Baca juga: UPDATE MERAPI: Terjadi 77 Guguran hingga Minggu Dini Hari, BPPTKG Imbau Wisata dan Pendakian Ditutup

Hal itu pula yang membuat Arjo Dinomo (67) terpaksa harus meninggalkan rumahnya dan mengungsi di Balai Desa Glagaharjo, Cangkringan.

Ia dan kakaknya datang ke balai desa sejak Sabtu (07/11/2020) sore. 

"Sampai sini (Balai Desa Glagaharjo) kemarin sore, naik mobil sama yang lain. Ada juga yang baik truk,"katanya saat ditemui di pengungsian, Minggu (08/11/2020).

Meninggalkan rumah, berarti juga meninggalkan aktivitasnya yaitu merumput.

Ada beberapa sapi yang harus diberi makan.

Namun saat ini hewan ternaknya diurus oleh anaknya. 

Ia tak punya pilihan lain selain mengungsi, usianya yang tak muda lagi tentu menjadi pertimbangan. 

"Kemarin diminta mengungsi, katanya gunung Merapi sedang tidak bagus. Saya sudah tua, tidak bisa apa-apa, jadi ya ikut saja,"sambung warga RT 1 RW 19 itu.

Baca juga: UPDATE Siaga Gunung Merapi, Jumlah Pengungsi di Balai Desa Glagaharjo Bertambah Jadi 177

Tak ada yang ia keluhkan, kecuali cuaca yang panas.

Itu pula yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. 

Berbeda dengan Ngatmi (45), ia merasa kurang nyaman berada di pengungsian.

Ia mengeluh kurangnya kasur yang membuatnya harus berbagi dengan anak dan cucunya.

"Jadi cucu tidur di kasur, saya tidur beralaskan selimut,"ungkapnya.

Selain kurangnya kasur, ia menyebut pasokan air di pengungsian kurang lancar, satu di antaranya keperluan kamar mandi.

Ia mengaku sejak malam air tidak mengalir dengan lancar. 

"Saat ke kamar mandi airnya kurang, jadi tidak bisa dibersihkan karena tidak ada air,"tambahnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved