KISAH Pria di Boyolali Bawa Jenazah Sang Ibu Gunakan Bronjong di Motor, Begini Cerita di Baliknya

Ginem mengembuskan nafas terakhir di rumah anaknya bernama Sri Sumiyati (60) di Bantulan, Jembungan, Banyudono.

Editor: Muhammad Fatoni
Istimewa
Tangkapan layar video viral seorang pemotor membawa jenazah di atas beronjong. 

TRIBUNJOGJA.COM - Kisah miris terjadi di wilayah Boyolali Jawa Tengah.

Dalam sebuah video yang beredar viral di media sosial, terekam seorang pria yang membawa jenazah di atas bronjong dan papan yang diletakkan di atas motor.

Pria tersebut terlihat mengendarai motor sambi membawa jenazah yang diduga orangtuanya dengan peralatan seadanya.

Diketahui, jenazah itu dibawa dari Dukuh Bantulan RT 3 RW 4 Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, menuju Dukuh Selorejo, Desa Kedunglengkong, Kecamatan Simo.

Jarak dua lokasi di Kabupaten Boyolali ini sekitar 3 kilometer.

Baca juga: Tiga Pesepeda Disiram Cairan Diduga Air Keras di Jalan Palagan Sleman, Ini Kesaksian Korban

Baca juga: FAKTA-FAKTA Mahasiswi Ditemukan Meninggal dan Membusuk di Dalam Kos di Umbulharjo Yogyakarta

Menurut Kasatreskrim Polres Boyolali, Iptu AM Tohari, rekaman amatir itu diambil pada Kamis (29/10/2020) sekira pukul 10.00 WIB.

Menurutnya, kronologi kejadian bermula ketika Ginem Suharti (80) warga Selorejo, Kedunglengkong, Simo, meninggal dunia.

Ginem mengembuskan nafas terakhir di rumah anaknya bernama Sri Sumiyati (60) di Bantulan, Jembungan, Banyudono.

Adik Sri Sumiyati bernama Sutejo (50) berinisiatif membawa jenazah ibunda memakai sepeda motor.

Mereka tidak berusaha meminta bantuan dari lembaga pemilik ambulans atau mobil jenazah.

"Jadi kemudian oleh adik Sri Sumiyati yang bernama Sutejo, jenazah ibunya dinaikkan motor yang diberi bronjong," ungkapnya kepada Tribun Jateng ( tribunnews network ), Jumat (30/10/2020).

Bronjong adalah keranjang anyaman dari bambu yang biasa digunakan di sepeda atau motor untuk mengangkut atau membawa barang.

Dia menambahkan, di atas bronjong itu diberi papan sebagai alas.

Jenazah kemudian diangkut dari Dukuh Bantulan, Jembungan, ke Dukuh Selorejo, Kedunglengkong yang berjarak 3 kilometer.

"Langsung menuju ke makam Sucen Wetan, Kedunglengkong.

Kemudian oleh warga disarankan jenazah dibawa ke rumah duka terlebih dahulu untuk dimandikan," ungkapnya.

Sekira pukul 13.00 WIB,  jenazah dimakamkan oleh warga di makam Randu Alas, Sucen Timur.

"Keterangan dari dua saksi yang memandikan jenazah, tidak ada tanda-tanda kekerasan.

Ginem Suharti memang meninggal karena usia sudah sepuh," ungkapnya.

Di sisi lain, Sutejo yang mengangkut jenazah ibunya itu merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Dia pun tidak peduli sama sekali menjadi perhatian warga dan pengguna jalan lain.

Modus Sutejo membawa jenazah ibunya memakai sepeda motor ini karena merasa dizalimi warga.

Kapolsek Banyudono, AKP Marjoko, menyatakan perasaan itu membuat Sutejo akan memakamkan ibunya di pekarangan rumah sendiri tanpa meminta bantuan orang lain atau tetangga.

"Dari keterangan Sutejo, dia membawa jenazah ibunya menggunakan sepeda motor karena Sutejo bersama keluarganya merasa dizalimi di Bantulan," ungkap AKP Marjoko yang dihubungi Tribun Jateng.

Kapolsek menuturkan,  semula Sutejo bersama istri dan dua anaknya merawat Ginem yang sakit di rumah di Dukuh Bantulan, Jembungan.

Setelah meninggal dunia, Sutejo membawa jenazah menggunakan motor untuk memakamkannya di pekarangan rumah ibunya, Dukuh Sucen, Kedunglengkong.

Baca juga: Sosok Keponakan KSAD Jenderal Andika Perkasa yang Kini Viral dan Curi Perhatian

Baca juga: Viral Medsos Pria Tanpa Busana di Magelang Diberi Pakaian, Ini Kisah Sebenarnya

Dukuh Sucen juga merupakan tempat kelahiran Ginem.

"Keinginannya itu ditolak warga Sucen. Kemudian oleh warga, jenazah dibawa masuk ke rumah duka dan selanjutnya dimakamkan di pemakaman umum setempat," lanjutnya.

Mengutip keterangan warga sekitar, Sutejo merupakan pribadi yang sangat tertutup sehingga tidak pernah bergaul.

"Dia (Sutejo) diketahui merasa takut jika bertemu orang," jelasnya.

Kapolsek melanjutkan berdasarkan keterangan Kadus Suwardi dan pengurus lingkungan Dukuh Bantulan, warga sekitar dan perangkat desa tidak tahu kalau Ginem meninggal.

"Tidak ada informasi juga jenazah akan dimakamkan di Bantulan. 

Info di medsos adanya penolakan dari warga sekitar (Bantulan) terkait pemakaman adalah tidak benar," tandasnya.

Perangkat Desa Jembungan juga menyatakan, Ginem bukan warga Desa Jembungan.

"Almarhumah masih penduduk Sucen, Simo. Perangkat desa tidak tahu atau diberitahu Ginem sudah berdomisili di Jembungan," tandasnya. (Tribunjateng/kan)

 

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Kronologi Pria Boyolali Bawa Jenazah Ibunda Pakai Bronjong di Motor Beralas Papan

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved