Kurniawan Dwi Yulianto Sebut Piala Dunia U-20 2021 jadi Jembatan Pesepak Bola Indonesia Meraih Mimpi

Kurniawan Dwi Yulianto Sebut Piala Dunia U-20 2021 jadi Jembatan Pesepak Bola Indonesia Meraih Mimpi

Instagram Kurniawan Dwi Yulianto
Mantan pemain Indonesia yang menjadi pelatih tim Malaysia Sabah FA, Kurniawan Dwi Yulianto. 

TRIBUNJOGJA.COM - Penyerang legendaris Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto menilai ajang Piala Dunia U-20 2021 merupakan momen langka bagi bangsa Indonesia.

Menurut pria yang memiliki julukan 'Si Kurus' ini, ajang tersebut juga menjadi kesempatan unjuk gigi talenta pesepak bola muda Tanah Air, sekaligus menjadi jembatan meraih mimpi yakni berlaga di kompetisi sepak bola yang levelnya lebih tinggi.

"Piala Dunia U-20 2021 di Indonesia ini menjadi momen langka, jadi kita sebagai tuan rumah harus bisa memanfaatkan ini, menjadi tuan rumah yang baik, menjadikan tempat ini nyaman untuk semua orang. Dan untuk para pemain, ini menjadi ajang pembuktian kepada dunia bahwa indonesia mampu, talenta Indonesia ini tidak kalah," ujar Kurniawan Dwi Yulianto pada webinar bertajuk 'Diskusi Piala Dunia U-20 2021, Panggung Anak Muda Indonesia', Selasa (27/10/2020) siang.

"Piala Dunia ini ajang pemain mengeksplor kemampuan mereka. Sebab di Piala Dunia ini yang nonton tidak hanya para pecinta sepak bola, tapi juga talent scouting yang ada di seluruh dunia, sehingga mungkin bisa menjadi jembat untuk mereka meraih mimpi yang sangat tinggi," imbuhnya.

Meski begitu, Kurniawan juga mewanti-wanti beberapa faktor yang bisa menghambat potensi pesepak bola muda Tanah Air untuk berkembang.

"Jadi momentum atau hal apa yang mempengaruhi pemain bisa berkembang sebenarnya banyak faktor. Hal yang paling utama ialah bagaimana pun juga mindset dari pemain itu sendiri Karena sehebat apapun talenta pemain kita, kalau punya mental atau mindset tidak ingin maju atau cukup puas dengan apa yang mereka dapatkan. Tentunya tidak akan bisa melangkah jauh," ujar Kurniawan.

Baca juga: Demi Timnas Indonesia di Piala Dunia U-20 2021, PSSI Berharap Kompetisi Digulirkan Kembali

Baca juga: Prediksi Luis Milla soal Peluang Timnas U-19 Indonesia di Piala Dunia U-20 2021

"Jadi bagaimana mentality pemain atau mentalitas ini harus diubah, kalau memang ingin jadi profesional sejati, harus berani bermimpi setinggi-tingginya. Jadi kalau mereka sudah bermain di Indonesia dengan sangat bagus, harus berani melangkah lebih jauh, harus bisa bermimpi di level sepak bola yang lebih tinggi," tambahnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, banyak pesepak bola muda Indonesia terlampau nyaman dengan situasi yang ada sehingga kurang merasa lapar akan prestasi.

Meski begitu, Kurniawan menilai hal tersebut bukan sepenuhnya salah dari si pemain, melainkan juga menjadi pekerjaan rumah bagi semua stakeholder sepak bola dari usia muda.

"Sepak bola bukan semata teknik dan taktik, tapi lebih dari itu bagaimana sejak usia muda mereka harus sudah dikenalkan faktor-faktor eksternal yang bisa menunjang performa mereka. Sebagai contoh, mereka harus bisa memotivasi diri sendiri agar bisa bermain di level sepak bola yang lebih tinggi," jelasnya.

"Kemudian terkadang di Indonesia sepak bola menjadi olahraga yang luar biasa, jadi saat usia muda kebintangan mereka sudah ada. Mau tidak mau, suka tidak suka, yang menjadi musuh pemain muda kita itu star syndrome. Karena saat di usia muda, mereka di usia labil. Saat mereka sudah dielu-elukan, terkadang ini yang bisa menghancurkan mereka," tambah pesepak bola yang pernah membela klub PSS Sleman ini.

Di samping itu, menit bermain di kompetisi jadi faktor yang tak kalah penting bagi perkembangan pesepak bola muda.

Sebab, menurut Kurniawan, talenta atau kemampuan teknik pesepak bola tak akan ada artinya bisa tidak dibarengi dengan kompetisi atau jam bermain yang banyak.

"Kompetisi reguler untuk pemain muda ini sangatlah penting di Indonesia. Di kompetisi mereka akan menghadapi situasi yang betul-betul real. Kalau di latihan, ketika salah, bisa disetop, kemudian diulang lagi.

Tapi ketika di kompetisi, mereka dituntut, berpikir, mengambil keputusan, dan ketika mereka bermain secara regular tentu mereka akan bisa memperbaiki kesalahan mereka," lanjutnya.

"Lebih bagus lagi kalau para pemain muda ini bisa bermain di level yang lebih tinggi lagi, misal di negara yang level sepakbolanya lebih di atas kita," tandasnya. (Tribunjogja/Hanif Suryo)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved