Kisah Inspiratif
KISAH Pak Dosen UGM Merintis Karir, Sempat Jadi Driver Ojol untuk Makan
Riyan Nugroho Aji, S.Pt., M.Sc. Pria yang kini menjabat sebagai dosen di Fakultas Peternakan UGM pernah menjadi driver ojek online (ojol
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Iwan Al Khasni
Selain tempat tinggal, sembari menunggu proses seleksi usai, Riyan merasa harus mencari pekerjaan sementara. Hal itu agar dirinya bersama sang istri dapat untuk sekadar hidup di Yogya.
“Saya ingat kala itu sebelum menemukan pekerjaan sementara kami harus benar-benar berhemat. Lauk yang kami santap hanya seputar telur, tempe, dan gorengan saja. Pernah suatu ketika istri benar-benar mengidam lauk ikan lele, akhirnya saya belikan satu untuk berdua,” kenangnya.
Riyan beruntung karena waktu itu sedang ada lowongan untuk menjadi driver Grab. Ia pun langsung saja mendaftarkan diri. Selain driver Grab, kala itu ia juga turut membantu Lab Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan UGM.
“Dari habis subuh hingga jam 9 saya cari penumpang. Lalu, setelahnya hingga pukul 3 sore, bantu di lab. Sepulang dari lab ngojek lagi sampai pukul 8 malam, baru kemudian pulang,” terangnya.
Sementara itu, istri Riyan juga akhirnya turut membantu dengan berjualan nasi kuning. Setelah awalnya cuma coba-coba buat untuk dibagi-bagikan tetangga, ternyata responsnya baik. “Dari semua pemasukan itulah akhirnya kami bisa makan sejahtera, bahkan bisa menabung,” ujarnya.
Dari berbagai pengalaman hidup tersebut, Riyan menyatakan banyak pelajaran yang dirinya terima. Semisal ketika sekarang Riyan melihat driver ojol, dirinya akan mendoakan mereka.
“Saya merasakan sendiri bagaimana susah dan lelahnya menjadi driver ojol. Terlebih mereka tidak bekerja keras untuk diri sendiri. Ada keluarga yang menunggu mereka di rumah. Makanya ketika dengar cerita ada driver ojol ditipu, saya marah sekali,” ungkapnya.
Lebih lanjut, usaha keras Riyan tersebut juga tidak percuma. Proses seleksi dosennya berjalan mulus hingga tahap akhir. Hal itu hingga akhirnya dirinya resmi diangkat menjadi dosen pada Februari 2018. Ia juga bisa berpindah ke kontrakan rumah yang lebih bagus untuk istri dan anaknya.
Kini, Riyan tengah mengupayakan untuk melanjutkan pendidikan S-3-nya di Jepang. Hal ini sebagai prasyarat dirinya sebagai dosen, yakni dalam kurun waktu 3 tahun setelah dilantik harus sudah kuliah S-3. Ia menyebut bahwa dirinya sudah diterima di University of Miyazaki, Jepang. Namun, terdapat kendala akibat pandemi Covid-19 ini.
“Oktober ini saya seharusnya sudah berada di sana. Juli kemarin kabarnya pembatasan penerbangan sudah diangkat, ternyata kembali diberlakukan. Akibatnya saya mengurus visa juga tidak bisa sejak Agustus kemarin,” ungkapnya.
Riyan kini terpaksa harus mengambil cuti satu semester dan memulai kuliah tahun depan. Meski demikian, ia menyebut hal ini tidaklah menjadi masalah, malahan menjadi hikmah tersendiri.
“Dengan ini saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk tiket pesawat yang terbilang mahal, utamanya dalam kondisi pandemi ini. Saya juga mempersiapkan proposal riset untuk disertasi nanti. Saya juga bisa mempersiapkan kemampuan bahasa saya,” ucap dosen yang mengampu bidang teknologi reproduksi ternak ini. (uti)