Jawa Timur Diklaim Telah Bebas dari Zona Merah Covid-19, Berikut Rincian Zonasi Peta Risikonya
Hasil data dari Satgas Covid-19 pusat mengumumkan, bahwa per hari Rabu (7/10/2020) ini, tidak ada lagi zona merah di Jawa Timur.
TRIBUNJOGJA.COM, SURABAYA - Provinsi Jawa Timur (Jatim) saat ini diklaim telah bebas dari zona merah penyebaran Covid-19.
Hasil data dari Satgas Covid-19 pusat mengumumkan, bahwa per hari Rabu (7/10/2020) ini, tidak ada lagi zona merah di Jawa Timur.
Rincinya, dari total 38 kabupaten/kota di Jatim, saat ini 28 kabupaten/kota sudah berubah warna menjadi oranye atau daerah dengan risiko sedang penularan Covid-19.
Dan sisanya sebanyak 10 kabupaten/kota masuk dalam zona kuning atau risiko rendah penularan Covid-19.
Sebagai rincian, zona oranye di Jatim tersisa 28 kabupaten/kota yakni Banyuwangi, Nganjuk, Bondowoso, Jombang, Tuban, Sidoarjo, Magetan, Ngawi, Sumenep, Lamongan, Bojonegoro, Kota Surabaya, Probolinggo, Lumajang, Blitar, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Situbondo, Kediri, Mojokerto, Kota Batu, Kota Malang, Kabupaten Pasuruan, Ponorogo, Gresik, Jember, Kota Mojokerto dan Kota Madiun.
• Peta Zonasi Risiko Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta, Mayoritas Berstatus Zona Merah dan Oranye
• Peta Sebaran Kasus Baru Covid-19 hingga Rabu 7 Oktober 2020 Pagi Ini, Data Rinci di 34 Provinsi
Sedangkan untuk zona kuning ada di Pamekasan, Pacitan, Kota Blitar, Bangkalan, Kota Kediri,Madiun, Tulungagung, Trenggalek, Malang serta Sampang.
"Ini hasil kerja keras bersama, dari pemerintah kabupaten/ kota, TNI, POLRI, kejaksaan, pengadilan, kampus, media, tenaga kesehatan, tokoh agama, relawan, terkhusus bagi masyarakat Jawa Timur yang saat ini menjadi garda terdepan dalam pemakaian masker,” ungkap Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Rabu (7/10/2020).
Ia menjelaskan, bahwa memang dalam dua pekan terakhir rate of transmission atau laju penyebaran covid-19 di Jatim sudah di bawah 1, yaitu 0,9.
Artinya laju penyebaran virus Corona sudah mulai bisa ditekan dengan angka penularan yang menurun.

Salah satu yang cukup berpengaruh besar adalah gerakan bermasker yang masif dan diimbangi dengan operasi yustisi yang ketat dari pihak yang berwajib.
Hal tersebut membuat pendisiplinan masyarakat terhadap penggunaan masker, tidak berkerumun dan menjaga jarak lebih terjaga.
"Kami selalu mempertimbangkan masukan dari pakar epidemiologi dalam penanganan Covid-19 di Jawa Timur. Kami mendapatkan data, bahwa penggunaan masker yang masif dan serentak terbukti mampu menurunkan kurva penambahan kasus di berbagai negara. Di samping itu, apabila 60 persen saja populasi mau pakai masker, Rate of Transmission atau tingkat penularan bisa turun di bawah satu. Oleh karena itu, kami adopsi gagasan yang telah scientifically proven ini di Jawa Timur,” tuturnya.
Khofifah menyebut, dalam satu bulan terakhir, penanganan Covid-19 di Jawa Timur difokuskan kepada perubahan perilaku dengan kampanye penggunaan masker.
Bahkan, setiap akhir pekan ia bersama tim dari Forkopimda, bupati, wali kota juga pimpinan instansi vertikal seperti BI, BPN, OJK dan para survivor Covid-19 bergantian untuk keliling kabupaten/kota di Jawa Timur terjun gowes untuk menyampaikan ajakan "Pakai Masker".
“Kami gowes sambil membagikan masker gratis dan sembako untuk mengapresiasi kepatuhan mereka kepada protokol kesehatan,” imbuhnya.
• Satgas: Tes COVID-19 di Indonesia Baru 70,13 Persen dari Standar WHO
• Bio Farma Jelaskan Kisaran Harga Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac