Cerita Potensi Kopi di Desa Majaksingi Bukit Menoreh Borobudur hingga Upaya Munculkan Kuliner
Desa Binaan BUMN Jasa Marga ini, mulai mendapatkan sejumlah fasilitas dan sarana untuk mengelola kopi mulai dari hulu hingga hilir.
Penulis: Wahyu Setiawan Nugroho | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Kopi sudah menjadi salah satu komoditas penting pertanian masyarakat Desa Majaksingi, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang sejak lama.
Meski dulunya belum dikelola secara baik dan benar, kini masyarakat sekitar mulai menerapkan pengelolaan tanaman kopi dengan baik.
Bahkan sejak masuknya program Balai Ekonomi Desa (Balkondes) yang didampingi oleh PT Manajemen CBT Nusantara, masyarakat mulai menerapkan pertanian kopi yang lebih baik.
Sejumlah pelatihan hingga edukasi kepada masyarakat terus dilakukan.
Direktur PT Manajemen CBT Nusantara, Jatmika Budi Santoso, menerangkan dahulu masyarakat sekitar belum paham cara memproduksi kopi yang baik dan memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.
Ia menyebut, pengelolaannya masih sangat sederhana dan dijual dengan nilai ekonomi yang rendah.
"Bisa dikata dulu masyarakat masih bertani apa adanya, bahkan tanaman kopinya itu sampai tinggi-tinggi. Makanya sempat kami menyebut bukan tanaman kopi tapi hutan kopi," kata Jatmika tempo hari.
Namun perlahan tapi pasti program pemerintah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar Candi Borobudur ini mulai berdampak.
Desa Binaan BUMN Jasa Marga ini, mulai mendapatkan sejumlah fasilitas dan sarana untuk mengelola kopi mulai dari hulu hingga hilir.

Alat pemijahan, penjemuran, mesin roasting, rumah rendam hingga rumah produksi pupuk organik pun dibangun untuk mendukung masyarakat desa meningkatkan produktivitas kopinya setiap musim tanam.
Tak hanya fasilitas hulu hilir yang disediakan, Majaksingi Coffee Lab pun juga dikembangkan yang bisa menjadi wadah untuk masyarakat khususnya penikmat kopi maupun warga lokal untuk belajar memahami bagaimana proses kopi itu terbuat.
Termasuk menjadikan lokasi ini pas untuk menikmati kopi dari ketinggian bukit menoreh.
"Kami melibatkan banyak pihak khususnya warga sini. Ibu-ibu lewat Kelompok Wanita Tani mengurus pupuk organik, anak muda kita rangsang untuk mengembangkan Coffee Lab nya, komunitas juga kita ajak. Semua butuh kerja keras bersama dan kesadaran bersama. Namun satu yang dicatat adalah tidak boleh meninggalkan kekhasan di dusun atau desa sini," tandas Pendamping Desa Majaksingi Perwakilan PT Manajemen CBT Nusantara, Hidayat Sumbodo.
Kepala Desa Majaksingi, Bambang Budiyono, menjelaskan hadirnya peran pemerintah dalam mendorong masyarakat sekitar untuk maju tentu dirasa manfaatnya.
Pihaknya berharap masyarakat memiliki etos dan kesadaran bersama untuk mengelola dan mengoptimalkan potensi, sarana dan fasilitas yang sudah ada.