Penanganan Covid
Sekitar 70 persen UMKM di DIY Beralih Produk ke Usaha Kuliner
Pandemi Corona yang berkepanjangan membuat sebagian pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta memilih untuk beradap
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pandemi Corona yang berkepanjangan membuat sebagian pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta memilih untuk beradaptasi agar tetap bertahan.
Banyak cara yang dilakukan pelaku UMKM dalam penyesuaian kondisi pandemi untuk menyiasati bisnisnya supaya tetap berjalan seperti beralihnya produksi.
Kepala Bidang Layanan Kewirausahaan, Dinas Koperasi dan UKM DIY, Wisnu Hermawan mengatakan, sekitar 70 persen pelaku UMKM di DIY beralih produksi ke sektor kuliner.
"Selama pandemi banyak UMKM mengalami tekanan karena produksinya tidak laku di pasaran terutama produk yang kurang peminat di masa pandemi seperti sektor fesyen, kerajinan, dan jasa. Sehingga, untuk survive banyak yang beralih menjual produk makanan yang lebih diminati konsumen," jelasnya kepada Tribunjogja.com, pada Jumat (02102020).
• Bantuan UMKM Diminta untuk Modal Produksi, Bukan Konsumsi
Data beralihnya pelaku UMKM dalam memproduksi barang atau jasa didapat melalui aplikasi SiBakul.
Hingga September 2020, UMKM yang tergabung dalam aplikasi SiBakul mencapai 300 ribu pelaku usaha dengan berbagai sektor yang tersebar di wilayah Yogyakarta.
Ia mengatakan, berdasarkan data Sibakul produk yang paling laku dan diminati konsumen diduduki sektor kuliner senilai 92 persen.
Kemudian, sisanya disusul produk alat pelindung diri (APD).
Produk kuliner masih menjadi komoditi yang lebih berpeluang terjual di tengah pandemi dibandingkan produk lain.
• Penyerapan BLT UMKM Baru 64,5%. Buruan Daftar!
"Meskipun pandemi, produk makanan masih banyak dicari konsumen terutama makanan siap saji. Sedangkan, produk fesyen, jasa atau kerajinan tidak diutamakan," ujarnya.
Ia menambahkan, meskipun sektor kuliner menjadi produk yang peminatnya paling tinggi di aplikasi Sibakul selama pandemi . Tidak menutup kemungkinan produk lain pun dapat perlakuan yang sama.
"Ini kan karena sektor wisata belum optimal. Jika, nanti kondisi sudah berangsur pulih tentu produk lain bisa meningkat peminatnya. Karena, pelaku usaha yang bisa bertahan selama pandemi yang mengerti pasar dan memiliki kemauan bertransformasi menggunakan media digital," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)