Yogyakarta

Potensi Tsunami 20 Meter, BPBD DIY Klaim Perkuat Desa Tangguh Bencana

Geografis DIY terbentuk dengan sumber daya alam yang ikut pula menyimpan potensi bencana, semisal Gunung Merapi dan pantai selatan.

Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Suasana diskusi daring bertajuk 'Menghalau Tsunami' Kamis (1/10/2020). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kepala BPBD DIY, Biwara Yuswantana menyatakan, secara geografis sejumlah area di wilayah setempat juga terdapat potensi terjadinya bencana tsunami terkhusus di wilayah Bantul.

Hal ini dikatakannya merespons hasil penelitian dan informasi soal potensi tsunami setinggi 20 meter di selatan Jawa.

"Secara spesifik dan bentuk geografisnya itu Parangtritis ke Barat ya. Itu kan pantainya landai, itu kawasan yang cukup rawan dan potensi tsunami. Kalau Gunungkidul mungkin agak kurang ya karena dibatasi juga dengan pegunungan artinya bisa menjadi halangan," ucapnya dalam sebuah diskusi daring bertema 'Menghalau Tsunami', Kamis (1/10/2020). 

Biwara menyebut, tidak hanya bencana tsunami saja, sejumlah potensi bencana alam lainnya juga lazim terjadi di wilayah setempat.

Pasalnya, kondisi geografis DIY terbentuk dengan sumber daya alam yang ikut pula menyimpan potensi bencana, semisal Gunung Merapi di wilayah Utara dan kawasan Pantai di area Selatan. 

Terkait Kajian Potensi Gempa dan Tsunami, Geolog UGM : Masyarakat Tidak Perlu Panik

Namun demikian, soal mitigasi diklaim sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari.

Hal itu juga tertuang dan dikuatkan pula dengan Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2019 yang memetakan sejumlah kawasan bencana menjadi tujuh area. 

"Itu diantaranya ada kawasan bencana longsor, kekeringan, Merapi, gempa, tsunami dan lain sebagainya. Itu juga sudah memuat sampai kecamatan yang rawan dan berpotensi untuk dilanda bencana," imbuhnya. 

Tidak hanya itu, Biwara melanjutkan bahwa untuk mengurangi risiko bencana alam, pihaknya juga memperkuat pemberdayaan mitigasi di area dan wilayah masyarakat yang rawan terdampak bencana.

Sebab, satu di antara upaya mitigasi yang paling penting dan meminimalisir dampak yang ditimbulkannya adalah lewat pemberdayaan. 

"Karena risiko itu kan ancaman dikali kerentanan dan dibagi dengan kapasitas. Sehingga upaya meminimalisir itu kami upayakan dengan memperkuat dan memberdayakan masyarakat. Satu di antaranya lewat desa tangguh bencana," jelas dia. 

Di sisi lain Biwara tak menampik bahwa sejumlah persiapan mitigasi masih banyak menyimpan kekurangan.

BMKG Sebut Lahan di Pantai pada Ketinggian 20 Meter Relatif Lebih Aman dari Ancaman Tsunami

Satu di antaranya yakni alat Peringatan Dini Tsunami (early warning system/EWS) yang tidak berfungsi normal di sejumlah area termasuk Gunungkidul. 

"Kita akan koordinasikan, karena kan saat ini pemerintah masih fokus ke penanganan Covid-19, tapi potensi tsunami itu bukan artinya dikesampingkan, tentu upaya-upaya mitigasi tetap dilakukan," ucap Biwara. 

M. Sani Rochansyah, Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota UGM menyatakan, sejumlah pembangunan infrastruktur yang cukup masif di area Pantai Selatan satu di antaranya Yogyakarta Internasional Airport (YIA) telah memperhatikan mitigasi struktural.

Sehingga diklaim cukup aman terhadap dampak tsunami

"Artinya konstruksinya telah mengedepankan mitigasi infrastruktur. Dan kalau saya boleh berasumsi, jika bandara itu sudah rampung dan telah beroperasi artinya pengelola telah siap dan menyelesaikan persyaratan bangunan yang minim terhadap dampak bencana," jelasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved