PT LIB Lakukan Simulasi dan Penelitian Sebelum Putuskan Kompetisi Liga 1 2020 Jalan Terus

Dirut PT LIB, Akhmad Hadian Lukita, tak memungkiri jika pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi operator kompetisi

dok.istimewa
Tangkapan layar webinar kolaborasi Jurnalis Olahraga Yogyakarta (JOY) dan PT Putra Sleman Sembada (PSS) bertajuk Sepak bola di Masa Pandemi, Sabtu (26/9/2020) 

TRIBUNJOGJA.COM - Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita, menegaskan bila operator kompetisi sudah melakukan simulasi sekaligus penelitian penyelenggaraan sepak bola di tengah pandemi, sebelum menentukan kick off kompetisi Liga 1 2020.

Hal tersebut ditegaskan Akhmad Hadian Lukita pada webinar kolaborasi Jurnalis Olahraga Yogyakarta (JOY) dan PT Putra Sleman Sembada (PSS), Sabtu (26/9/2020).

Akhmad Hadian Lukita pun tak memungkiri jika pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi operator kompetisi, sekaligus menuntut diterapkannya protokol kesehatan yang sangat ketat.

"Kami sudah lakukan riset dan simulasi, seperti halnya klub-klub yang bertanding di Eropa. Bagaimana protokol kesehatan dilakukan sangat ketat bagi semua ofisial tim yang akan bertanding. Dan kami sudah berkoordinasi dengan Satgas Covid, bagaimana prosedurnya dalam protokol kesehatan," ujar Akhmad Hadian Lukita.

"Protokol kesehatan ditekankan betul dalam penyelenggaraan liga yang tidak bisa diganggu gugat. Semua tim wajib uji rapid test dan swab test. Untuk swab ini harus dilakukan di bawah LIB sebelum pertandingan agar terkontrol dengan jelas. Tim juga wajib menyediakan fasilitas isolasi dan berbagai hal lain yang terkait protokol kesehatan," tambahnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, seluruh pertandingan akan diselenggarakan tanpa penonton atau suporter.

Hal tersebut merupakan bentuk komitmen bersama yang telah disepakati seluruh kontestan Liga 1 2020.

"Termasuk tidak ada nonton bareng di mana pun, sekarang kita nonton dan mendukung dari rumah sendiri-sendiri. Pemda dan Polda di tiap daerah akan bergerak memastikan hal tersebut," jelasnya.

Sementara itu pembicara webinar lainnya yakni, pengamat sepak bola nasional, Yusuf Kurniawan, menyoroti perubahan seluruh aktivitas di masa pandemi.

Dari yang sebelumnya dapat dilakukan secara offline, dituntut kreatif dan inovatif menjadi dalam bentuk daring atau online. Tak terkecuali dalam industri sepak bola.

"Segala bisnis konvensional harus berubah di masa ini, harus secara daring. Saya melihat baru Bali United yang melakukan model bisnis ini dan beberapa mengikutinya, seperti PSS ini yang punya pro player e-sport Rizky Faidan," ujar pria yang akrab disapa Bung Yuke ini.

"Ini menarik karena ke depan, arahnya memang harus digital. Sosial media dimaksimalkan, lalu interaksi di digital, ini tantangan juga untuk seluruh tim di Indonesia, juga dalam develop pemain muda. Sekarang sudah saatnya klub-klub itu mencari 'sawah' lain untuk digarap agar bisa bertahan dalam dunia kreativitas saat ini," lanjutnya.

Dua pembicara lain yakni Sigit Wahyu dari Carfix dan Leonardo Gaetano, Manajer Bisnis dan Komersial PSS menceritakan bagaimana dua sisi sponsor dan tim bersinergi di masa pandemi.

Sponsor di satu sisi punya kepentingan promosi di ruang yang memang sudah jelas punya segmen, sementara tim juga wajib memberikan benefit untuk sponsor.

Dua pembicara lain yakni Sigit Wahyu dari Carfix dan Leonardo, Manajer Bisnis dan Komersial PSS menceritakan bagaimana dua sisi sponsor dan tim bersinergi di masa pandemi.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved