Pendidikan
SLB Negeri 2 Yogyakarta Sudah Terapkan Blended Learning Selama Pembelajaran Jarak Jauh
SLBN 2 Yogyakarta gabungkan PJJ dengan konsultasi tatap muka di sekolah, jika murid atau orang tua membutuhkan konsultasi terkait materi ajar.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Pembelajaran bagi siswa sekolah luar biasa (SLB) tentu berbeda dengan siswa di sekolah umum, termasuk juga ketika pandemi saat ini.
Satu di antara beberapa hal yang membedakan, pembelajaran di SLB membutuhkan lebih banyak interaksi antara murid dan guru serta sentuhan langsung yang sifatnya rehabilitasi.
Kepala SLB Negeri (SLBN) 2 Yogyakarta, Tunzinah, MPd mengatakan selama pandemi pihaknya secara umum juga menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagaimana sekolah umum.
Hal tersebut diwujudkan dengan memanfaatkan platform video call, Zoom, WhatsApp, serta video rekaman yang dibuat oleh guru.
• Pembelajaran Jarak Jauh bagi Siswa SLB Butuh Peran Besar Orang Tua
“Kami menyesuaikan kondisi orang tua karena kondisinya beragam. Beberapa siswa tidak bisa mengikuti pelajaran sesuai jadwal, ada yang baru besok diresponnya, mungkin karena HP-nya juga digunakan orang tua,” tutur Tunzinah kepada Tribunjogja.com, Sabtu (26/9/2020).
Selain itu, lanjutnya, SLBN 2 Yogyakarta juga menggabungkan PJJ dengan konsultasi tatap muka di sekolah, jika murid dan atau orang tua membutuhkan konsultasi terkait materi pelajaran.
“Kami sudah blended learning, namun tetap dengan protokol ketat. Harus ada izin orang tua, rekomendasi dari Satgas Covid-19. Itu pernah kami lakukan di Agustus dan September, tapi ini naik lagi (kasus Covid-19), jadi berhenti lagi (konsultasi tatap muka),” bebernya.
Ia menjelaskan, siswa bersama orang tuanya sudah pernah datang ke sekolah untuk melakukan konsultasi beberapa kali. Pihak sekolah pun membuat jadwal sehingga tidak terjadi kerumunan.
“Mereka konsultasi tentang kesulitan selama PJJ sekaligus pemberian kuota internet dan program tambahan makanan bergizi,” ujarnya.
“Keunggulan tatap muka itu memang anak secara psikologis lebih senang, kelihatan sekali senangnya. Sementara kalau PJJ banyak orang tua mengeluh, pola hidup anak jadi tidak teratur. Anak sulit bangun pagi, mandi hanya sehari sekali,” sambungnya.
• Disdikpora DIY: Pembelajaran di SLB Jangan Sampai Tidak Ada Pertemuan Sama Sekali
Selain melakukan layanan blended learning untuk melayani dari aspek akademis, SLBN 2 Yogyakarta juga tetap membuka layanan terapi bagi siswanya. Hal itu pun dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Masih membuka layanan terapi, dengan protokol ketat. Kalau pun tenaga ahli yaitu terapis atau dokter dari luar enggak bisa datang, guru kami sudah bisa melaksanakan (terapi). Kalau orang tua menginginkan, kami siap melayani, asal koordinasinya bagus,” jelasnya.
Namun demikian, menurut Tunzinah, pelayanan terapi yang diberikan selama pandemi cukup berbeda daripada kondisi normal.
Jika di kondisi normal terapi diberikan dalam bentuk sentuhan langsung, selama pandemi sesi terapi lebih banyak ke aspek konsultasi.
“Lebih ke konsultasi-konsultasi (terapi). Yang mempraktikkan tetap orang tua,” ungkapnya. (TRIBUNJOGJA.COM)