Kisah Pedagang Sapu Ijuk Cemara Keliling, Tiap Hari Jalan Puluhan Kilometer Keliling Kota Yogya

Kisah Pedagang Sapu Ijuk Cemara Keliling, Tiap Hari Jalan Puluhan Kilometer Keliling Kota Yogya

Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUN JOGJA/YOSEF LEON
Supriyadi saat menjajakan sapu ijuk cemara dagangannya di wilayah Tegalrejo, Sabtu (26/9/2020). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Hari masih pagi saat Supriyadi (48) berjalan sambil menjajakan dagangan sapu ijuk cemara di kawasan Tegalrejo, Sabtu (26/9/2020).

Tampilannya sederhana, hanya mengenakan baju kaos dan celana pendek. Tak lupa sebuah topi lusuh terpasang di kepala untuk menghindari teriknya sengatan matahari.

Pria paruh baya asal Jepara ini mengaku menempuh puluhan kilometer setiap hari untuk menjual dagangannya.

Sapu ijuk cemara yang dijualnya dipanggul di bahu sambil berkeliling di penjuru kota.

Masuk ke gang-gang sempit atau menyambangi komplek perumahan warga dengan harapan barang dagangan laku terjual.

"Saya hampir lima tahun terakhir dagang ini. Kalau dibilang capek ya capek, tapi namanya kerja ya semua mesti disyukuri. Walau hasilnya sedikit, tapi nggak apa-apa," kata dia sambil sejenak berteduh.

Sejak pukul 07.00 Wib setiap pagi, dirinya mulai berangkat dari rumah di wilayah Nologaten, Sleman.

Rutenya saat berdagang juga tak menentu, hanya berjalan dan menawarkan sapu ijuk cemara dagangannya ke berbagai tempat.

Promo Tupperware Periode September 2020, Hari Terakhir!

Video Viral Bocah 10 Tahun Tergolek Lemas di RSPAD Sambil Mengigau Lantunkan Ayat Suci Alquran

Satu sapu ijuk cemara dijual bervariasi, tergantung besar dan juga tampilannya.

Supriyadi menjual dua jenis sapu ijuk yang satu berukuran cukup besar yang biasa dipakai untuk menyapu rumah dan satu lagi berukuran lebih kecil. Harganya juga terbilang cukup murah, hanya Rp20-35 ribu.

"Saya setiap hari biasa bawa 20-30 buah sapu. Kalau lagi beruntung kadang lakunya mau sampai separuh, kalau lagi sepi-sepinya ya yang laku kadang cuma satu atau dua buah," kata dia.

Dia mendapat pasokan sapu dari wilayah Jawa Tengah dan hanya bertugas untuk menjajakannya.

Dalam seminggu, dia mengaku bisa mengantongi pendapatan sekira Rp200-300 ribu, tergantung banyaknya dagangan yang bisa dijual.

"Nggak menentu lah pendapatannya. Kalau jualan begini kan ya nggak bisa dipastikan juga, karena kadang mau laku banyak atau malah seharian keliling nggak ada yang laku," imbuhnya.

Meski cara berdagang konvensional sudah cukup banyak ditinggalkan dan masyarakat telah mulai beralih ke sistem daring, namun Supriyadi mengaku masih enggan untuk beralih ke cara-cara berdagang modern.

Selain belum melek teknologi, Supriyadi mengaku ada berkah tersendiri dalam menjajakan dagangan dari rumah ke rumah.

"Kita bisa sekalian silaturahmi dan bertemu banyak orang, semua kan pasti ada sisi plus dan minusnya. Saya masih kuat dan pengen jualan dengan cara begini,"pungkasnya. (Tribunjogja/Yosef Leon Pinsker)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved