Penjelasan Kemenkeu Soal Resesi di Indonesia Tahun Ini Akibat Pandemi COVID-19

Kementerian Keuangan memastikan Indonesia mengalami resesi tahun ini. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan negatif pada kuarta II

Editor: Rina Eviana
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Sejumlah pekerja menggunakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (29/7/2020). Klaster perkantoran penularan Covid-19 di Jakarta kini menjadi sorotan. Data resmi hingga Selasa (28/7/2020) kemarin, ada 440 karyawan di 68 perkantoran di Ibu Kota yang terinfeksi virus corona. 

TRIBUNJOGJA.COM - Pandemi COVID-19 yang dihadapi dunia berdampak pada terpuruknya pertumbuhan ekonomi hampir di seluruh negara.

Kementerian Keuangan memastikan Indonesia mengalami resesi tahun ini.  Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan negatif pada kuartal II lalu, yakni sebesar 5,32 persen, dan diproyeksi akan kembali negatif pada kuartal III ini.

Namun demikian, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan sebanyak 92 persen negara di dunia bakal mengalami krisis tahun ini akibat dampak dari pandemi Virus Corona (COVID-19 ).

Ilustrasi resesi ekonomi
Ilustrasi resesi ekonomi (dok.istimewa)

Data tersebut bersumber dari perhitungan yang dilakukan oleh Bank Dunia.

"Bank Dunia untuk 2020 itu sudah menghitung bahwa lebih dari 92 persen negara di dunia, 92 persen itu akan krisis, akan negatif pertumbuhannya," ujar Febrio dalam video conference, Jumat (25/9/2020).

Sementara itu, dampak pandemi terhadap perekonomian yang dialami oleh Indonesia dinilai tak separah negara yang lain.

Ini Dampak yang Akan Terjadi pada Masyarakat Bila Indonesia Alami Resesi Ekonomi

Meski demian, Febrio mengatakan masih terlalu awal untuk mengklaim Indonesia mampu menangani dampak COVID-19 terhadap kinerja perekonomian.

"Di antara itu semua Indonesia termasuk realtif mild, mungkin too early kalau Indonesia dikatakan relatif efektif menangani dampak COVID-19 terhadap perekonomian," ujar dia.

Pemerintah pun telah menggelontorkan anggara sebesar Rp 696,2 triliun sebagai stimulus terhadap perekonomian tahun ini. Dia mengatakan, realisasi anggaran perlindungan sosial di Indonesia mendapat sorotan dari Bank Dunia.

lustrasi uang
lustrasi uang (KOMPAS.com/NURWAHIDAH)

"Progres perlinsos (perlindungan sosial) kita luar biasa. Dari Rp 103 triliun, lebih dari 58 persen (realisasi anggarannya) tercapai. Ini menjadi strategi yang harus dilakukan," ujarnya. Untuk diketahui, pada kuartal III ini pemerintah memproyeksi pertumbuhan ekonomi akan kembali mengalami kontraksi di kisaran -2,9 persen hingga -1 persen.  

Indonesia Terancam Masuk Jurang Resesi Ekonomi. Apa yang Harus Dilakukan?

Adapun untuk keseluruhan tahun, kinerja perekonomian akan berada di kisaran -1,7 hingga -1,6 persen. Febrio pun berharap, pada kuartal IV tahun ini kinerja perekonomian kian memaik.

Di sisi lain, pemerintah juga berambisi agar kinerja perekonomian bisa kembali pulih memasuki tahun 2021.

Pemerintah pun di dalam RAPBN 2021 menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 pesen.

"Kalau kita lihat 2020 itu basis pertumbuhannya rendah, sehingga tumbuh 4,5 persen hingga 5,5 persen itu harusnya realistis di 2021," ujar Febrio.

"Tapi memang bukan tanpa kerja keras, harus kita lakukan berbagai kebijakan ke arah yang membuat perekonomian makin kuat untuk pulih dan tenaga kerja juga kian pulih," jelas dia.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kemenkeu soal Resesi: 92 Persen Negara di Dunia Alami Krisis"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved