Pendidikan

Kesehatan Siswa ABK Dinilai Rentan, SLB Negeri 1 Bantul Belum Berani Buka Layanan Terapi

Kondisi pandemi menimbulkan tantangan berat bagi dunia pendidikan karena kegiatan belajar mengajar (KBM) harus dilakukan dengan sistem PJJ.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Maruti Asmaul Husna Subagio
SLB Negeri 1 Bantul 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Kondisi pandemi menimbulkan tantangan berat bagi dunia pendidikan karena kegiatan belajar mengajar (KBM) harus dilakukan dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Satu di antara kondisi terberat dialami oleh sekolah luar biasa (SLB).

“SLB ini memang yang terberat untuk pembelajaran di masa pandemi ini, sebab sentuhan fisik tetap perlu. Pelayanan pada siswa bukan hanya akademiknya, tetapi juga rehabilitasinya,” ujar Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Bakhtiar Nurhidayat saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin (23/9/2020).

Oleh karena itu, menurut Bakhtiar, bagi SLB tetap dimungkinkan untuk melakukan tatap muka dalam jumlah kecil.

Hal itu tergantung kesiapan sekolah.

Disdikpora DIY: Pembelajaran di SLB Jangan Sampai Tidak Ada Pertemuan Sama Sekali

“Jadi tetap secara bergilir mereka konsultasi. Orang tua dan anak datang ke sekolah. Selain untuk konsultasi pengajaran juga bagaimana agar orang tua peduli terhadap pendidikan anaknya. SLB jangan sampai tidak ada pertemuan sama sekali,” tutur Bakhtiar.

Menanggapi hal itu, Kepala SLB Negeri (SLBN) 1 Bantul, Sri Muji Rahayu mengatakan, selama enam bulan pandemi melanda, pihaknya belum berani membuka layanan terapi bagi para siswa di sekolah seperti saat kondisi sebelum pandemi.

“Memang problemnya (selama PJJ) di terapi ya, namanya terapi kan langsung bersentuhan. Kami belum berani membuka layanan terapinya. Kami mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi karena itu kan bersentuhan langsung, tidak bisa kalau tidak bersentuhan,” ujar Sri di SLBN 1 Bantul, Kamis (24/9/2020).

Namun demikian, lanjut Sri, selama ini jika anak melakukan terapi di sekolah, orang tua ikut mendampingi.

Dengan demikian, diharapkan orang tua tahu apa saja perlakuan yang diberikan oleh terapis, sehingga orang tua dapat melakukan hal yang sama di rumah.

“Walau tidak corona ya, orang tua kami minta melanjutkan (terapi) di rumah. Kalau di sekolah kan hanya seminggu sekali, kurang kelihatan perkembangannya. Jadi minimal dengan keadaan seperti ini orang tua masih bisa mempraktikkan apa yang dilakukan oleh terapisnya,” tutur Sri.

 Pembelajaran Jarak Jauh bagi Siswa SLB Butuh Peran Besar Orang Tua

Tetap Buka Layanan Konsultasi di Sekolah

Selama pandemi Covid-19, Sri menambahkan, orang tua tetap bisa berkomunikasi dengan terapis.

“Tetap enggak terputus, nanti kan (terapis) bisa kirim video, oh anaknya dibeginikan. Itu (upaya) maksimal yang bisa kami lakukan karena belum bisa menghadirkan anak,” tandasnya.

Selain itu, pihaknya juga masih membuka layanan bagi orang tua untuk berkonsultasi kepada guru di sekolah terkait kesulitan belajar anak.

“Tapi tetap kami jadwal, tidak tiba-tiba. Hanya anak-anak tertentu yang membutuhan, tapi konsultasi tetap tidak membawa anak karena anak-anak berkebutuhan khusus kan rentan ya kesehatannya. Sebisa mungkin kami melindungi kesehatan anak,” jelas Sri.

Ia juga menyampaikan, perkembangan setiap anak terpantau oleh guru setiap hari.

Wali kelas diharuskan melapor kepada ketua jurusan masing-masing terkait kondisi anak.

Terdapat lima jurusan di SLBN 1 Bantul, yaitu jurusan tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, dan autis. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved