Nasional
Menafsirkan Jurnalisme Fakta dan Makna Jakob Oetama
Kepulangan tokoh pers sekaligus pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama masih menyisakan kesedihan dan kenangan bagi akademisi di UGM.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
Sementara media sekarang suka pragmatis malah terkadang oportunis.
• Mengenang Jakob Oetama : Sosok Luar Biasa yang Tetap Biasa Itu Akan Terkenang Sepanjang Masa
Apalagi media online banyak yang pragmatis.
“Dalam dunia jurnalisme, ide Pak Jakob itu tergolong jenis jurnalisme yang berkaitan dengan cara mengumpulkan fakta. Saya pribadi suka dengan cara yang diperkenalkan Pak Jakob itu. Namun, konsekuensinya berat karena harus kerja keras dan dekat dengan masyarakat,” jelasnya.
Terpisah, Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., atas nama pribadi dan keluarga besar UGM mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya atas meninggalnya Jakob Oetama.
Panut melihat almarhum merupakan alumnus UGM yang dikenal sebagai wartawan senior dan banyak memberikan sumbangsih bagi kemajuan pers Indonesia, demokrasi, dan pluralisme. Rektor juga sepakat atas pandangan Jakob terkait Jurnalisme Makna.
“Hal inilah yang patut diteruskan oleh pers Indonesia saat ini. Jurnalisme yang bisa memberi makna. Bukan sekadar sisi kecepatan, kedalaman, keakuratan tetapi juga makna yang melingkupinya. Ini sejalan dengan mandat UGM bekerja untuk kemanusiaan dan pembangunan nasional,” ungkap Panut. (TRIBUNJOGJA.COM)